“METODE PENGAJARAN HADITS”

Dosen Pengampu :
Habib Zainuri. S.Pd.I., M.Pd.I
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
1. ADAWIYAH CAHYANI SIREGAR (180511513)
2. BAMBANG ARDIANSYAH (180511554)
3. ELLY ASTIA (180511522)
4.
FATKHUL KOLIB (180511563)
5. HAMDAN SYAHRANI (180511539)
6. RABIYATUL RAHMANIAH (180511531)
7. ROHANI (180511506)
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER III
TENGGARONG 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan judul “Metode Pengajaran Hadits” dalam mata
kuliah “Metode Khusus Pengembangan PAI”.
Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga,
sahabat dan pengikut beliau hingga akhir Zaman. Yang telah membawa kita dari
alam kegelepan menuju alam yang terang benderang bercahayakan Iman, Islam, dan
Ihsan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Bapak Habib Zainuri yang telah mendukung kami hingga
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan belum sempurna apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan
dalam penulisan sarta isi atau materim, kami mohon saran dan kritiknya secara
langsung maupun tidak langsung untuk kesempurnaan makalah ini.
Tenggarong, 24 September 2019
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………...……………………………….………….......i
Daftar Isi……………………………………………….……………………..…ii
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………..1
A.
LatarBelakang………………………………………………………………,,,1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………..………….1
C.
Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II
Pembahasan…………………………………………………………….2
A.
Pengertian metode pengajaran Hadits......................………..…….……2
B. Metode pengajaran Hadits……………………………………………...3
C. Contoh persiapan mengajarkan Hadits....................................................6
D. Tujuan mengajarkan Hadits………………………………………….....9
BAB III
Penutup…………………………………………………………....…10
A. Kesimpulan……………………………………………………………10
B. Saran………………………………………………………………..…10
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………11
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan menanamkan niali-nilai rohaniah (keimanan
dan ketakwaan pada Allah SWT) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu
faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pengajaran yang digunakan pendidik
dalam menyampaikan pesan-pesan illahiyah, sebab dengan metode yang tepat,
materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan
Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan
menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan
bathiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode yang paling sesuai mencapai
tujuan dengan semua keadaan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh
metode yang tepat, maka tujuan tersebut akan sangat sulit untuk dapat tercapai
dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi
secara lengkap atau tidak.
Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih
penting daripada materi itusendiri. Oleh sebab itu, pemilihan metode pendidikan
harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait,
sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Setiap pendidik senantiasa dihadapkan pada pertanyaan
tentang metode yang akan digunakan dalam membantu peserta didik dalam peserta
didik dalam mempelajari konsep atau mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Metode pengajaran merupakan salah satu komponen penting di dalam
keseluruhan interaksi pengajaran.
Berdasarkan dari latar belakang, kami menyusun tema
makalah ini tentang “Metode Pengajaran Hadits).
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa
pengertian metode dan Hadits?
b.
Apa
saja metode pengajaran Hadits?
c.
Apa
saja contoh dalam mempersiapka pengajaran Hadits?
d.
Apa
tujuan mengajarkan Hadits?
C. Tujuan Penulisan
a.
Untuk
menegetahui pengertian dari “Metode dan Hadits”
b.
Agar
dapat mengetahui metode pengajaran Hadits.
c.
Agar
dapat mengetahui contoh dalam mempersiapkan pengajaran Hadits.
d.
Agar
dapat mengetahui tujuan dari mengajarkan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian metode
pengajaran hadits
Di tinjau dari
segi etimologis(bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu (methodos).
Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu (metha) yang berarti melalui atau
melewati, dan (hodos) yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa inggris dikenal
dengan nama method dan way yang diterjemahkan dengan metode dan cara, dan dalam
bahasa arab, kata metode diungkapkan berbagai kata seperti kata al-thariqah,
al-manhaj, dan al-wasilah. Al-thariqah berarti jalan, al-manhaj berarti sistem,
al-wasilah berarti mediator atau pelantara. Dengan demikian, kata arab yang paling
dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.
Sedangkan bila di tinjau dari segi terminologi(istilah), metode
dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada
tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu
pengetahuan dan lainnya. Metode jugs merupakan suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Hadis menurut bahasa ialah, berasal dari bahasa arab yang artinya
baru ,ucapan, pembicaraan dan cerita. Sedangkan hadist menurut istilah, adalah
segala tingkah laku nabi muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
ketetapan.
Yang dimaksud
dengan hadits adalah:
1.
Semua yang
bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik berupa perkataan,
perbuatan, atau pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang lain
(ketetapan).
2.
Semua yang
bersumber dari sahabat yang langsung menemani Rasul, melihat
pekerjaan-pekerjaannya dan mendengar perkataan-perkataannya.
3.
Semua yang
bersumber dari tabi’in, yang bergaul langsung dengan para sahabat dan mendengar
sesuatu dari mereka.
B. Metode pengajaran hadits
Cara mengajarkan
hadits hampir sama dengan mengajarkan Al-Qur’an, hanya hadits tidak bisa dibaca
secara berlagu. Dalam mengajarkan hadits
guru dapat menggunakan cara mengajarkan Al-Qur’an, seperti menggunakan
pengantar, pembahasan, memberikan contoh, menyuruh murid membaca, menjelaskan
sinonim-sinonimnya, menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-persoalan yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari, dan mengambil kesimpulan dari maksud hadits
tersebut. Serta guru harus memperhatikan
hubungan pengajaran hadits dengan persoalan-persoalan agama yang ada
hubungannya dengan hadits yang diajarkan dan dengan ayat-ayat Al-Qur’an serta
persoalan-persoalan akhlak.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Agama Islam Dalam proses pembelaja-ran metode mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena Metode tersebut yang
menjadi sarana yang bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh
anak didik.
Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu
yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam hasil-hasil pembelajaran PAI yang
berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Sedangkan Qur’an Hadits adalah
termasuk dalam mata pelajaran PAI. Dalam lampiran peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Mata Pelajaran PAI adalah Qur’an hadist,
Akidah akhlak,Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam.
Menurut Zakiyah
Darajat dalam bukunya Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, ada beberapa metode
pengajaran hadits, yaitu:
1.
Metode Hikmah,
nasehat yang baik, dan diskusi
Hikmah
merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan
teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u.
Nasehat
adalah bagian dari dakwa. Dalam berdakwah tidak boleh ada yang ditutup-tutupi,
semua kebenaran atau kebaikan harus disampaikan, walaupun mungkin akan
berdampak buruk bagi yang menyampaikan, seperti Sabda Rasulullah SAW :
“katakanlah yang benar walau terasa pahit”.
Diskusi,
dalam metode pembelajaran dan pengajaran
harus disertai dengan diskusi. Karena dengan bediskusi kita bisa mengenal dan
menilai sejauh mana pengetahuan anak peserta didik sampai sekarang ini.
2.
Metode
keteladanan
Sebagai
pengajar kita harus mampu memberikan contoh teladan yang baik untuk anak
peserta didik. Contohnya mengajak anak-anak untuk meghapal hadits dari yang
dasar sampai ke hadis yang secara luas.
3.
Metode
pembiasaan
Pengajar
harus mampu memberikan kebiasaan kepada anak didik seperti berdo’a sebelum
memulai pelajaran.
4.
Metode
demonstrasi
Pengajar
harus bisa menyajikan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada
peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari
baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan.
5.
Metode
pemberian nasehat
Pengajar
memberikan nasehat kepada anak didik yang mendorongnya menuju situasi luhur,
dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan
prinsip-prinsip Islam.
6.
Metode kisah
(cerita)
Pengajar
mendidik dengan cara menyampaikan kisah agar mempunyai daya tarik yang
menyentuh perasaan anak didik.
7.
Metode tanya
jawab
Pengajar
harus bisa memberikan pertanyaan kepada anak didik untuk memperkuat daya pikir
anak-anak dan pengajar juga harus mampu menjawab pertanyaan anak-anak jika ada
yang bertanya.
8.
Metode
perumpamaan
Pengajar
harus mampu menerangkan atau memajukan berbagai perumpamaan agar anak didik
mudah memahami materinya.
9.
Metode
karyawisata (studi lapangan)
Pengajar
menyajikan bahan pelajaran dengan membawa anak didik lansung pada objek yang
akan dipelajari dan objek itu terdapat di luar kelas.
10. Metode eksperimen
Pengajar
melakukan percobaan kepada anak didik untuk mengecek atau mengamati sejauh mana
kemampuan anak peserta didik kita.
11. Metode pemberian tugas (resitasi)
Pengajar
memberikan tugas tertentu kepada anak didik agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Tugas biasanya dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di
tempat lainnya.
12. Metode mengajar dengan mempermudah
Pengajar
mampu mengajar anak didik dengan mempermudah tidak dengan cara mempersulit.
13. Metode lemah lembut
Pengajar
harus bisa mengajar dengan sikap yang lemah lembut dan penuh kesabaran terhadap
anak didik agar anak didik tidak merasa terkekang dan merasa nyaman untuk
belajar.
14. Metode dalil (latihan)
Pengajar
mengajarkan anak didik untuk memahami hukum dalil-dalil seperti apa yang
dicari; berupa alasan, keterangna dan pendapat yang merujuk pada pengertian
hukum-hukum.
15. Metode ibrah
Pengajar mengajak anak didik untuk mengambil pelajaran dari
pengalaman orang atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau melalui suatu
proses berfikir secara mendala, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri seseorang.
C. Contoh persiapan
mengajarkan hadits
Tanggal :
Kelas :
Jam :
Satuan Pelajaran :
Poko bahasan :
Hadits nabi
tentang zakat, sebagai berikut:
2018- عَنْ عَلِيًّ أَنَّ العَبَّاسَ بْنَ
عَبْدِ المُطَلِّبِ سَاَلَ النَّبِي ص.م فِي تَعْجِيلِ صَدَقَتِهِ قَبلَ اَنْ
تُحِلَّ فَرَخَّصَ لَهُ فِي ذَلِكَ. رواه الخمسة إلا النسائ
“2018- Dari Ali r.a, bahwa Abbas bin Abdul Muthalib, bertanya
kepada Nabi SAW. Tentang menyegerakan zakatnya sebelum tiba waktunya. Lalu nabi memberi keringanan kepadanya
tentang yang demikian itu. (HR. Imam yang lima, kecuali An-Nasai).”
1. Pengantar
Untuk pengantar pengajaran hadits dapat dimulai dengan menafsirkan
ayat berikut, firman Allah Ta’ala dalam QS. At-Taubah/9: 103
خُذْ مِنْ
اَمْوَا لِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُ هُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا ....
“Ambilah zakat dari harta
mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka….”
Hadits sebelumnya
adalah untuk menyempurnakan dan melengkapi dari ayat Qur’an diatas karena
saling berkaitan dan berhubungan dengan zakat.
2. Uraian
Hadis tersebut ditulis dipapan tulis atau
yang sudah tersedia di buku teks. Kalau
hadits ditulis di papan tulis, guru harus memperhatikan, agar bagian pinggir
papan tulis dilapangkan untuk menulis penjelasannya. Sambil menulis dianjurka guru membaca hadits
yang ditulisnya. Murid mengikutinya
sambil berusaha memahami maksudnya dan menghafal kata-kata hadits tersebut
dalam hati mereka.
3. Contoh
bacaan
Guru
membaca hadits dengan suara yang nyaring, supaya murid jelas mendengarnya dari
penyebutan lafadz-lafadz yang ada dalam sebuah hadis tersebut, ketika murid
sudah paham maka mereka akan tekun dan
bersemangat mempelajari hadits dan memudahkan mereka memahami sebuah
hadis. Kalau perlu, diulang beberapa
kali.
4. Bacaan-bacaan
murid
Guru
hendaknya memberi kesempatan kepada murid untuk membaca hadis berulang-ulang.
Dan sesekali menyimak baacan murid agar tidak ada kesalahan dalam penyebutan
lafadz yang dapat merubah makna dari hadis yang dibaca.
5. Penjelasan
v
Mula-mula hadis di bagi dalam bagian-bagian tertentu.
v
Kemudian guru menjelaskan arti kalimat-kalimat (yang
perlu di jelaskan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh murid. Menuliskan di papan tulis arti kalimat yang
tidak dicantumkan dalam buku teks.
6. Petunjuk yang dapat diambil dari hadits
tersebut
Simpulkan
hukum-hukum yang dapat diambil dari hadits tersebut dan tuliskan disamping atau
diatas teksnya. Caranya ialah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada murid.
Misal, dari hadis yang dijelaskan dapat
disimpulkan hal-hal berikut:
v
Tetap menjaga dan melaksanakan segala perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya dimana saja kita berada.
v
Apabila hamba tetap ingat dan taat kepada perintah
Allah, maka Allah akan memeliharanya beserta keluarganya di dunia dan di
akhirat.
v
Kita meminta tolong hanya kepada Allah subhanahu wa
Ta’ala.
v
Allah subhanahu wa Ta’ala adalah tujuan kita dan
tempat untuk meminta tolong.
v
Kita tidak dapat membantu atau memudharatkan seseorang
kecuali dengan kehendak Allah.
7. Diskusi
Misal,
guru mengajukan beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
v
Bagaimana seseorang menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala?
v
Bolehkah kita meminta tolong kepada selain Allah?
v
Apa maksud hadits ini, dan nilai apa yang dapat
diambil sebagai pegangan orang mukmin?
D.
Tujuan mengajarkan hadits
Ada beberapa tujuan mengajarkan hadist, yaitu:
1)
Sunnah ,
menjelaskan mengenai hal-hal yang masih bersifat umum dalam al-quran,
menerangakan atau membatasi pengertiannya.
2)
Hendaklah kita
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meskipun peraturan itu tidak terdapat dalam al-quran.
3)
Taat kepada
Allah adalah melalui taat nya kita kepada Rasulullah dan mengamalkan segala
hadistnya dalam kehidupan kita.
4)
Memelihara
bacaan dan ucapan huruf-hurufnya.
5)
Memahami hadist
dengan baik agar dapat dipergunakan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup
kita.
6)
Mengenal
berbagai segi kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mendorong
generasi muda agar mengikuti petunuk-petunjuk dan perintah-perintahanya.
7)
Memperlihatkan
ungkapan-ungkapan yang indah dalam hadist.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kegiatan pengajaran, perlu adanya metode-metode khusus
yang harus di gunakan untuk memepermudah proses pengajaran. Tidak semua mata pelajaran itu mempunyai
metode yang sama agar dapat di pahami oleh peserta didik, karena beda mata
pelajaran yang di ajarkan, maka beda pula tujuan yang ingin di capai. Oleh Karena itu, dalam menentukan metode pada
suatu kegiatan pengajaran, harus pula melihat tujuan yang ingin dicapai. Agar
nantinya mendapatkan hasil sesuai yang kita harapkan. Begitu pula dalam menerapkan metode
pengajaran hadits.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga bisa
menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang metode-metode dalam pendidikan
dan pengajaran sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Kami menyarankan kepada guru untuk
melaksanakn pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2443/1/MARHAYA.pdf
(di akses pada tang-gal 24 September 2019 pukul 23.43)
Abdul Qadir, Muhamaad,
Ahmad. 1981. Metodologi Pengajaran PendidikanAgama Islam. Jakarta
Ash-Shalih, Subhi.
1991. membahas ilmu-ilmu al-qur’an (terjemahan)
tim pusataka firdaus dari judul asli mabahist fi ulum al-qur’an.
Jakarta: pustaka firdaus.
Darajat, Zakiah. 2011.
Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Fathurrohman, Pupuh, M.
Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum
Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Ismail.2009. Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: LSIS dan RASAIL Media
Group.
Tafsir, Ahmad. 1996.
Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yunus, Mahmud. 1990.
Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
http://syaefudin93.blogspot.com/2015/11/metode-metode-pembelajaran-al-quran-dan.html
(22:08) (di akses pada tang-gal 25 September 2019 pukul 00.39)
Ahmad
Qadir Abdul Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008
Hamidy
Mu’ammal, Imron AM, Umar Fanany B.A, Terjemah Nailul Authar Jilid 3, Surabaya:
PT Bina Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar