Minggu, 29 Maret 2020

Makalah Metode Pengajaran Hadits


METODE PENGAJARAN HADITS


Dosen Pengampu :
Habib Zainuri. S.Pd.I., M.Pd.I
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
1. ADAWIYAH CAHYANI SIREGAR                              (180511513)
2. BAMBANG ARDIANSYAH                                           (180511554)
3. ELLY ASTIA                                                                     (180511522)
4. FATKHUL KOLIB                                                                       (180511563)
5. HAMDAN SYAHRANI                                                   (180511539)
6. RABIYATUL RAHMANIAH                                          (180511531)
7. ROHANI                                                                            (180511506)
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER III
TENGGARONG 2019




KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Metode Pengajaran Hadits” dalam mata kuliah “Metode Khusus Pengembangan PAI”.
Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir Zaman. Yang telah membawa kita dari alam kegelepan menuju alam yang terang benderang bercahayakan Iman, Islam, dan Ihsan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Habib Zainuri yang telah mendukung kami hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan sarta isi atau materim, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung untuk kesempurnaan makalah ini.

Tenggarong, 24 September 2019

Kelompok 3






DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………...……………………………….………….......i
Daftar Isi……………………………………………….……………………..…ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………..1
A.  LatarBelakang………………………………………………………………,,,1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………..………….1
C.     Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II Pembahasan…………………………………………………………….2
A.     Pengertian metode pengajaran Hadits......................………..…….……2
B.     Metode pengajaran Hadits……………………………………………...3
C.     Contoh persiapan mengajarkan Hadits....................................................6
D.    Tujuan mengajarkan Hadits………………………………………….....9
BAB III Penutup…………………………………………………………....…10
A.    Kesimpulan……………………………………………………………10
B.     Saran………………………………………………………………..…10
Daftar Pustaka…………………………………………………………………11





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan menanamkan niali-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pengajaran yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan illahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan bathiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, maka tujuan tersebut akan sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.
Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itusendiri. Oleh sebab itu, pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Setiap pendidik senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode yang akan digunakan dalam membantu peserta didik dalam peserta didik dalam mempelajari konsep atau mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Metode pengajaran merupakan salah satu komponen penting di dalam keseluruhan interaksi pengajaran.
Berdasarkan dari latar belakang, kami menyusun tema makalah ini tentang “Metode Pengajaran Hadits).
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian metode dan  Hadits?
b.      Apa saja metode pengajaran Hadits?
c.       Apa saja contoh dalam mempersiapka pengajaran Hadits?
d.      Apa tujuan mengajarkan Hadits?
C.     Tujuan Penulisan
a.       Untuk menegetahui pengertian dari “Metode dan Hadits”
b.      Agar dapat mengetahui metode pengajaran Hadits.
c.       Agar dapat mengetahui contoh dalam mempersiapkan pengajaran Hadits.
d.      Agar dapat mengetahui tujuan dari mengajarkan Hadits.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian metode pengajaran hadits
            Di tinjau dari segi etimologis(bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu (methodos). Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu (metha) yang berarti melalui atau melewati, dan (hodos) yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan nama method dan way yang diterjemahkan dengan metode dan cara, dan dalam bahasa arab, kata metode diungkapkan berbagai kata seperti kata al-thariqah, al-manhaj, dan al-wasilah. Al-thariqah berarti jalan, al-manhaj berarti sistem, al-wasilah berarti mediator atau pelantara. Dengan demikian, kata arab yang paling dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.
Sedangkan bila di tinjau dari segi terminologi(istilah), metode dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya. Metode jugs merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Hadis menurut bahasa ialah, berasal dari bahasa arab yang artinya baru ,ucapan, pembicaraan dan cerita. Sedangkan hadist menurut istilah, adalah segala tingkah laku nabi muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan.
            Yang dimaksud dengan hadits adalah:
1.      Semua yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang lain (ketetapan).
2.      Semua yang bersumber dari sahabat yang langsung menemani Rasul, melihat pekerjaan-pekerjaannya dan mendengar perkataan-perkataannya.
3.      Semua yang bersumber dari tabi’in, yang bergaul langsung dengan para sahabat dan mendengar sesuatu dari mereka.
B.  Metode pengajaran hadits
            Cara mengajarkan hadits hampir sama dengan mengajarkan Al-Qur’an, hanya hadits tidak bisa dibaca secara berlagu.  Dalam mengajarkan hadits guru dapat menggunakan cara mengajarkan Al-Qur’an, seperti menggunakan pengantar, pembahasan, memberikan contoh, menyuruh murid membaca, menjelaskan sinonim-sinonimnya, menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, dan mengambil kesimpulan dari maksud hadits tersebut.  Serta guru harus memperhatikan hubungan pengajaran hadits dengan persoalan-persoalan agama yang ada hubungannya dengan hadits yang diajarkan dan dengan ayat-ayat Al-Qur’an serta persoalan-persoalan akhlak.
            Jenis-jenis Metode Pembelajaran Agama Islam Dalam proses pembelaja-ran metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena Metode tersebut yang menjadi sarana yang bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik.
Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Sedangkan Qur’an Hadits adalah termasuk dalam mata pelajaran PAI. Dalam lampiran peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Mata Pelajaran PAI adalah Qur’an hadist, Akidah akhlak,Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam.
            Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, ada beberapa metode pengajaran hadits, yaitu:

1.      Metode Hikmah, nasehat yang baik, dan diskusi
Hikmah merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u.
Nasehat adalah bagian dari dakwa. Dalam berdakwah tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, semua kebenaran atau kebaikan harus disampaikan, walaupun mungkin akan berdampak buruk bagi yang menyampaikan, seperti Sabda Rasulullah SAW : “katakanlah yang benar walau terasa pahit”.
Diskusi, dalam metode pembelajaran dan  pengajaran harus disertai dengan diskusi. Karena dengan bediskusi kita bisa mengenal dan menilai sejauh mana pengetahuan anak peserta didik sampai sekarang ini.
2.      Metode keteladanan
Sebagai pengajar kita harus mampu memberikan contoh teladan yang baik untuk anak peserta didik. Contohnya mengajak anak-anak untuk meghapal hadits dari yang dasar sampai ke hadis yang secara luas.
3.      Metode pembiasaan
Pengajar harus mampu memberikan kebiasaan kepada anak didik seperti berdo’a sebelum memulai pelajaran.
4.      Metode demonstrasi
Pengajar harus bisa menyajikan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan.
5.      Metode pemberian nasehat
Pengajar memberikan nasehat kepada anak didik yang mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

6.      Metode kisah (cerita)
Pengajar mendidik dengan cara menyampaikan kisah agar mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak didik.
7.      Metode tanya jawab
Pengajar harus bisa memberikan pertanyaan kepada anak didik untuk memperkuat daya pikir anak-anak dan pengajar juga harus mampu menjawab pertanyaan anak-anak jika ada yang  bertanya.
8.      Metode perumpamaan
Pengajar harus mampu menerangkan atau memajukan berbagai perumpamaan agar anak didik mudah memahami materinya.
9.      Metode karyawisata (studi lapangan)
Pengajar menyajikan bahan pelajaran dengan membawa anak didik lansung pada objek yang akan dipelajari dan objek itu terdapat di luar kelas.
10.  Metode eksperimen
Pengajar melakukan percobaan kepada anak didik untuk mengecek atau mengamati sejauh mana kemampuan anak peserta didik kita.
11.  Metode pemberian tugas (resitasi)
Pengajar memberikan tugas tertentu kepada anak didik agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas biasanya dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
12.  Metode mengajar dengan mempermudah
Pengajar mampu mengajar anak didik dengan mempermudah tidak dengan cara mempersulit.
13.  Metode lemah lembut
Pengajar harus bisa mengajar dengan sikap yang lemah lembut dan penuh kesabaran terhadap anak didik agar anak didik tidak merasa terkekang dan merasa nyaman untuk belajar.
14.  Metode dalil (latihan)
Pengajar mengajarkan anak didik untuk memahami hukum dalil-dalil seperti apa yang dicari; berupa alasan, keterangna dan pendapat yang merujuk pada pengertian hukum-hukum.
15.  Metode ibrah
Pengajar mengajak anak didik untuk mengambil pelajaran dari pengalaman orang atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau melalui suatu proses berfikir secara mendala, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri seseorang.
C.  Contoh persiapan mengajarkan hadits
Tanggal                       :          
Kelas                           :
Jam                              :
Satuan Pelajaran          :
Poko bahasan              :
            Hadits nabi tentang zakat, sebagai berikut:
2018- عَنْ عَلِيًّ أَنَّ العَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ المُطَلِّبِ سَاَلَ النَّبِي ص.م فِي تَعْجِيلِ صَدَقَتِهِ قَبلَ اَنْ تُحِلَّ فَرَخَّصَ لَهُ فِي ذَلِكَ. رواه الخمسة إلا النسائ
“2018- Dari Ali r.a, bahwa Abbas bin Abdul Muthalib, bertanya kepada Nabi SAW. Tentang menyegerakan zakatnya sebelum tiba waktunya.  Lalu nabi memberi keringanan kepadanya tentang yang demikian itu. (HR. Imam yang lima, kecuali An-Nasai).”
1.  Pengantar
Untuk pengantar pengajaran hadits dapat dimulai dengan menafsirkan ayat berikut, firman Allah Ta’ala  dalam QS. At-Taubah/9: 103
خُذْ مِنْ اَمْوَا لِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُ هُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا ....
“Ambilah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka….”
            Hadits sebelumnya adalah untuk menyempurnakan dan melengkapi dari ayat Qur’an diatas karena saling berkaitan dan berhubungan dengan zakat.
2.  Uraian
Hadis tersebut ditulis dipapan tulis atau yang sudah tersedia di buku teks.  Kalau hadits ditulis di papan tulis, guru harus memperhatikan, agar bagian pinggir papan tulis dilapangkan untuk menulis penjelasannya.  Sambil menulis dianjurka guru membaca hadits yang ditulisnya.  Murid mengikutinya sambil berusaha memahami maksudnya dan menghafal kata-kata hadits tersebut dalam hati mereka.
3.  Contoh bacaan
            Guru membaca hadits dengan suara yang nyaring, supaya murid jelas mendengarnya dari penyebutan lafadz-lafadz yang ada dalam sebuah hadis tersebut, ketika murid sudah paham maka mereka akan  tekun dan bersemangat mempelajari hadits dan memudahkan mereka memahami sebuah hadis.  Kalau perlu, diulang beberapa kali.
4.  Bacaan-bacaan murid
            Guru hendaknya memberi kesempatan kepada murid untuk membaca hadis berulang-ulang. Dan sesekali menyimak baacan murid agar tidak ada kesalahan dalam penyebutan lafadz yang dapat merubah makna dari hadis yang dibaca.

5.  Penjelasan
v  Mula-mula hadis di bagi dalam bagian-bagian tertentu.
v  Kemudian guru menjelaskan arti kalimat-kalimat (yang perlu di jelaskan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh murid.  Menuliskan di papan tulis arti kalimat yang tidak dicantumkan dalam buku teks.
6.  Petunjuk yang dapat diambil dari hadits tersebut
            Simpulkan hukum-hukum yang dapat diambil dari hadits tersebut dan tuliskan disamping atau diatas teksnya.  Caranya ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada murid.
Misal, dari hadis yang dijelaskan dapat disimpulkan hal-hal berikut:
v  Tetap menjaga dan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dimana saja kita berada.
v  Apabila hamba tetap ingat dan taat kepada perintah Allah, maka Allah akan memeliharanya beserta keluarganya di dunia dan di akhirat.
v  Kita meminta tolong hanya kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.
v  Allah subhanahu wa Ta’ala adalah tujuan kita dan tempat untuk meminta tolong.
v  Kita tidak dapat membantu atau memudharatkan seseorang kecuali dengan kehendak Allah.
7.  Diskusi
            Misal, guru mengajukan beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
v  Bagaimana seseorang menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala?
v  Bolehkah kita meminta tolong kepada selain Allah?
v  Apa maksud hadits ini, dan nilai apa yang dapat diambil sebagai pegangan orang mukmin?


D.  Tujuan mengajarkan hadits
Ada beberapa tujuan mengajarkan hadist, yaitu:
1)      Sunnah , menjelaskan mengenai hal-hal yang masih bersifat umum dalam al-quran, menerangakan atau membatasi pengertiannya.
2)      Hendaklah kita mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meskipun peraturan itu tidak terdapat dalam al-quran.
3)      Taat kepada Allah adalah melalui taat nya kita kepada Rasulullah dan mengamalkan segala hadistnya dalam kehidupan kita.
4)      Memelihara bacaan dan ucapan huruf-hurufnya.
5)      Memahami hadist dengan baik agar dapat dipergunakan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup kita.
6)      Mengenal berbagai segi kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mendorong generasi muda agar mengikuti petunuk-petunjuk dan perintah-perintahanya.
7)      Memperlihatkan ungkapan-ungkapan yang indah dalam hadist.










BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam kegiatan  pengajaran, perlu adanya metode-metode khusus yang harus di gunakan untuk memepermudah proses pengajaran.  Tidak semua mata pelajaran itu mempunyai metode yang sama agar dapat di pahami oleh peserta didik, karena beda mata pelajaran yang di ajarkan, maka beda pula tujuan yang  ingin di capai.  Oleh Karena itu, dalam menentukan metode pada suatu kegiatan pengajaran, harus pula melihat tujuan yang ingin dicapai. Agar nantinya mendapatkan hasil sesuai yang kita harapkan.  Begitu pula dalam menerapkan metode pengajaran hadits.

B.     SARAN

Dengan adanya makalah ini semoga bisa menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang metode-metode dalam pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.  Kami menyarankan kepada guru untuk melaksanakn pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.









DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2443/1/MARHAYA.pdf (di akses pada tang-gal 24 September 2019 pukul 23.43)
Abdul Qadir, Muhamaad, Ahmad. 1981. Metodologi Pengajaran PendidikanAgama Islam. Jakarta
Ash-Shalih, Subhi. 1991. membahas ilmu-ilmu al-qur’an (terjemahan)  tim pusataka firdaus dari judul asli mabahist fi ulum al-qur’an. Jakarta: pustaka firdaus.
Darajat, Zakiah. 2011. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Fathurrohman, Pupuh, M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.          
Ismail.2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: LSIS dan RASAIL Media Group.
Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yunus, Mahmud. 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
http://syaefudin93.blogspot.com/2015/11/metode-metode-pembelajaran-al-quran-dan.html (22:08) (di akses pada tang-gal 25 September 2019 pukul 00.39)
Ahmad Qadir Abdul Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Hamidy Mu’ammal, Imron AM, Umar Fanany B.A, Terjemah Nailul Authar Jilid 3, Surabaya: PT Bina Ilmu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar