MAKALAH
“PERIODE USMAN BIN AFFAN”
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
DOSEN PENGAMPU : Budi Yusuf
S.Pd.I,M.Pd.

Disusun Oleh
KELOMPOK 05
BAMBANG ARDIANSYAH (180511554)
MUHAMMAD AINUL YAQIN (180511556)
NUR SELLA ENGGAR DHINI (180511534)
PUTRI MIFTAHUL HUDA (180511510)
UNIVERSITAS KUTAI
KARTANEGARA
FAKULTAS AGAM ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TENGGARONG
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullah Wabarakatuh..
Dengan nama
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji hanya milik Allah
SWT. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan keharibaan junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “PERIODE USMAN BIN AFFAN”.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
baik dukungan, motivasi yang sangat besar nilainya. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak
Budi
Yusuf S.Pd.I,M.Pd. selaku dosen
pembimbing
Dalam
penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna meskipun disertai dengan usaha dan upaya semaksimal mungkin. Oleh
karena itu saya mengharapkan saran yang konstruktif dan diterima dengan hati
yang lapang.
Dan akhirnya
kepada Allah SWT jualah segala usaha saya dan semoga makalah yang sederhana ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..
Wassalamu’alaikum
Warahmatullah Wabarakatuh...
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………… 4
B.
Rumusan Masalah...……………………………………………………… 5
C.
Tujuan Penelitian………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Usman bin Affan Dulu
dan Sekarang……………………………………. 6
B. Proses Pengangkatan
Usman bin Affan………………………………….. 8
C. Sistem Pemerintahan
Usman bin Affan……………………………….... 9
D. Langkah-Langkah
Pembebasan di Masa Usman Bin Affan…………….
10
E. Pemerintahan Usman
Bin Affan…………………………………………. 12
F. Berakhirnya Usman
Bin Affan…………………………………………... 13
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………….
17
B.
Saran…………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tidak seperti terhadap khulafa
Rasyidun yang lain, penilaian kalangan sejarawan terhadap Usman bin Affan
sangat berbeda. Sama halnya dalam menempatkan pengaruh mereka dalam sejarah
umat Islam. Dari sinilah penulisan sejarah masa usman dan biografi Usman terasa
ganjil. Disamping itu Usman bin Affan merupakan salah satu khalifah yang paling
senior diantara khulafaurrasyidin setelah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali.
Namun dengan usianya yang cukup
lanjut 70 tahun beliau masih mampu memimpin kaum Muslimin dengan baik. Dengan
deretan prestasi yang ditorehkannya terutama dalam penyelesaian konplik yang
terjadi dikalangan umat Islam dalam pembacaan Al-Quran yang berbeda, disebabkan
kultur masyarakat Arab yang berbeda-beda, beliau dengan sigap menyusun Al-Quran
yang disebut mushaf Usmani sehingga perpecahan diantara umat Islam pun dapat
diatasi. Segala peristiwa yang dihayati para sahabat, secara individual
terlukiskan secara deskriptif, sehingga diperoleh gambaran mengenai
Karekteristik perihidup para pelopor penegak kebenaran dan keadilan di dunia.
Dari deskripsi diatas itulah yang
menarik bagi penulis untuk membuat makalah tentang periode kekholifahan Usman
bin Affan.
- Rumusan Masalah
1.
Usman bin Affan Dulu dan Sekarang
2.
Proses Pengangkatan Usman bin Affan
3.
System Pemerintahan Usman bin Affan
4.
Langkah-Langkah Pembebasan di Masa Usman Bin
Affan
5.
Pemerintahan Usman Bin Affan
6.
Berakhirnya Usman Bin Affan
C.
Tujuan
Untuk mengengetahui Usman Dulu dan
Sekarang ,pengangkatan, syistem Pemerintahan,Lankah-Langkah dan Berakhirnya
Pemerintahan Usman bin Affan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Usman
Bin Affan Dulu Dan Sekarang
1. Kelahiran
dan Perawakannya
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan
bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari suku Quraisy. Lahir pada tahun
576 M, enam tahun setelah penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah
SAW. Ibu Khalifah Utsman bin affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib
bin Abdi Asy-Syams bin Abd Al-Manaf. Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30
tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan
dari pamannya, Hakam bin Abil Ash.
Ketika dibaiat umur Usman hampir mencapai
70 tahun, berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, wajahnya tampan,
berkulit cerah dengan warna sawo matang. Janggutnya lebat dengan tulang-tulang
persendian yang besar dan kedua bahunya yang bidang. Ia selalu mengenakan
pakaian yang bagus-bagus dan baju bermutu tinggi, karena dia memang orang kaya,
hidupnya serba nyaman.
2. Sifat
dan Perangainya
Usman bin Affan sangat pemalu Dalam sebuah
Hadits disebutkan, bahwa Rasulullah SAW berkata:
“ Umatku
yang benar-benar pemalu adalah Usman “
Rasa malunya bertambah pada waktu ia dilihat
orang. Sifat pemalunya itu membuat orang lain juga jadi malu kepadanya.
Sifat-sifat pemalu yang sudah dibawanya sejak
kecil dan dimasa remajanya ia selamat tak sampai tergelincir bersama gejolak
anak-anak muda.Tak pernah terdengar bahwa dia suka berbangga-bangga atau suka
mencumbu perempuan. Secara keseluruhan sumber-sumber menunjukkan bahwa dia
berhati lembut, sangat dipengaruhi oleh perasaannya yang halus. Karena sifat
lemah-lembut dan perasaannya yang halus itu ia selalu berusaha tidak menykiti
hati orang atau melakukan kekerasan.
Utsman bin Affan orang yang saleh ritual dan
sosial. Siang hari ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat gemar
membaca Al-Quran, sehingga Khalid bin Khalid menulis bahwa untuk shalat dua
rakaat saja, Utsman menghabiskan waktu semalaman karena banyaknya ayat Al-Quran
yang dibaca.
3. Menikah
Dengan Ruqayyah
Waktu itu berita tentang Muhammad belum
tersebar luas dikalangan Quraisy, dan ajakannya itu dibicarakan orang masih
dengan malu-malu, ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun kendati ia
bukan putri Rasulullah yang tertua, sementara umur Usman ketika itu sudah
hampir 40 tahun, dan di zaman Jahiliah ia sudah pernah menikah dan mendapat
julukan Abu Umar.
Dari Ruqayah ia mendapat anak laki-laki dan
diberi nama Abdullah dan diapun mendapat julukandemikian. Julukan ini terus
melekat kendati anak itu sudah meninggal dalam usia enam tahun.
4. Mendapat
Julukan
Usman merasa sedih sekali dengan kematian
istrinya Ruqayah. Mengetahui hubungan baik Usman dengan keluarganya, Rasulullah
mengawinkannya dengan Um Kulsum, adik Ruqayah. Tetapi Um Kulsum juga meninggal
ketika ayahnya masih hidup dan alangkah beratnya kesedihan yang harus diderita
Usman. Rasulullah menghiburnya dengan mengatakan, antaranya: “ Andai kata ada putri kami yang ketiga, niscaya kami
kawinkan kepada anda ‘’. Karena pernikahan Usman dengan Ruqayyah dan kemudian
dengan Um Kulsum itulah, maka kaum Muslimin kemudian memberikannya gelar
Zun-Nurain.( harfiah orang yang memiliki dua cahaya )
B. Proses
Pengangkatan Kholifah Usman bin Affan 23-25 H (644-656)
Sebelum meninggal, ‘Umar telah memanggil tiga calon penggantinya,
yaitu Utsman, ‘Ali, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka
secara bergantian, Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat
sebagai pejabat. Disamping itu Umar telah membentuk dewan formatur yang
bertugas memilih penggantinya kelak.
Dewan formatur yang dibentuk Umar berjumlah 6 orang. Mereka adalah
Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zuair bin Awwam, dan
Thalhah bin Ubaidillah. Disamping itu, Abdullah bin Umar dijadikan anggota,
tetapi tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan khalifah ditentukan sebagai berikut: pertama,
yang berhak menjadi khalifah adalah yang dipilih oleh angota formatur dengan
suara terbanyak. Kedua, apabila suara terbagi secara berimbang (3-3), Abdullah
bin Umar yang berhak menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin
Umar tidak diterima, calon yang dipilih Abd Ar-Rahman bin Auf harus diangkat
menjadi khalifah. Kalau ada yang menentangnya, penentang tersebut hendaklah
dibunuh (Hasan Ibrahim Hasan, 1954: 254-5)
Kemudian, Abd Ar-Rahman memanggil Ali dan menanyakan kepadanya,
seandainya dia dipilh menjadi khalifah, sanggupkah ia melaksanakan tugasnya
berdasarkan Al-Quran, Sunah Rasul, dan kebijaksanaan dua khlifah sebelum dia?
Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan
kemampuannya. Abd Ar-Rahman berganti megundang Utsman dan mengajukan pertanyaan
yang sama kepadanya, dengan tegas Utsman menjawab, “Ya! Saya sanggup .”
Berdasarkan jawaban itu, Ab Ar-Rahman menyatakan, “Utsman sebagai khalifah
ketiga, dan segeralah dilaksanakan baiat. Waktu itu, usia Utsman tujuh puluh
tahun.
C. Sistem
Pemerintahan Usman bin Affan
Sistem pemerintahan Usman bin Affan
dilakukan dengan memberikan otonomi penuh kepada daerah.. Dan pada zaman
khalifah Utsman bin Affan memiliki system
pemerintahan, sehingga semua wilayah memiliki otonomi penuh, Oleh karena itu
semua pemimpin wilayah jabatan setingkat gubernur yang berjumlah sepuluh
wilayah bergelar amir.
NO
|
WILAYAH
|
NAMA AMIR
|
1
|
Makkah
|
Nafi Ibn Abdul Harits al-Khuza
|
2
|
Thaif
|
Sifyan bin Abdullah Al-Tsaqafi
|
3
|
Shana
|
Ya’labin Munbih
|
4
|
Jand
|
Abdullah
ibn Abi Rabi’ah
|
5
|
Bahrain
|
Utsman
bin Abi al-Ash al-Tsaqafi
|
6
|
Kuffah
|
Al-Mughirah
Ibn Syu’bah al-Tsaqafi
|
7
|
Bashrah
|
Abu
Musa Abdullah Ibn Qais al-Asy’ari
|
8
|
Damaskus
|
Muawiyah
Ibn Abi Sufyan
|
9
|
Hims
|
Amir
Ibn Sad
|
10
|
Mesir
|
Amr
Ibn Al-Ash
|
Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan berlangsung selama 12 tahun,
dibagi menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan pemerintahan yang
bersih dari pengangkatan kerabat sebagai pejabat negara, Sedangkan periode
kedua enam tahun terakhir merupakan periode pemerintahan yang tidak bersih dari
pengangkatan kerabat sebagai pejabat Negara. Rupanya khalifah Utsman bin Affan
ini melupakan pesan pendahulunya khalifah Umar bin Khatab, agar khalifah setelahnya
tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat negara.
D. Langkah-Langkah
Pembebasan di Masa Usman bin Affan
1. Abdullah
bin Qais Laksamana Pertama Dalam Islam
Sesudah
pihak Siprus melanggar perjanjian dan dibantu pula oleh Rumawi, armada Syam dan
Mesir berangkat ke Siprus , yang kemudian mereka taklukan dengan jalan
kekerasan, dengan segala akibatnya sampai terjadi penawanan dan pembunuhan
penduduk. Dalam pertempuran itu Abdullah bin Qais dan Abdullah bin Sa’d adalah
laksamana kedua armada tersebut dalam serangan yang kedua kalinya itu
2. Pertempuran
Laut
Peristiwa itu terjadi dalam Tahun 31 Hijri
menurut satu sumber, atau tahun 34 menurut sumber yang lain. Untuk melaksanakan
tekad mereka pihak rumawi di bawah pimpinan Konstantin, anak Heraklius yang
memegang komandan 500 atau 600 kapal sudah berlayar mengarungi laut tengah
menuju Iskandariah untuk menghadapi armada Muslim yang besar.
Pihak Muslimin sudah mengetahui berita
tentang pasukan Rumawi dan perjalanan mereka hendak memerangi pasukan Muslimin
itu Abdullah bin sa’d bin Abisarh, gubernur Mesir, memegang komando armada
Iskandariah dan Afrika yang terdiri dari 200 kapal dengan mengangkut
orang-orang pemberani, sudah terlatih dan tangkas dalam berperang.
3. Perang
Sawari
Para sejarawan menamakan perang ini Perang as-Sawari.
Kadang terlintas dalam pikiran bahwa mereka menamakannya demikian setelah
melihat Muslimin ketika sudah siap bertempur mengikat kapal-kapal mereka satu
sama lain, atau mereka mendekati pihak rumawi dan mengikatkan kapal-kapal itu
dengan kapal-kapal mereka seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir Atau barangkali
dinamakan demikian karena kejadian itu di tempat yang disebut Zat as-Sawari.
Kalangan Sejarawan yang membawakan berita-berita tentang perang ini semua
menyebutkan bahwa Abdullah bin Sa’d tinggal di Zat as-Sawari selama beberapa
hari lagi setelah pertempuran itu, kemudian ia kembali ke iskandariah membawa
kemenangan.
E. Pemerintahan
Usman bin Affan
1. Membangun
Kembali Masjid Nabawi di Madinah Dengan Bentuk Baru
Masjid Nabawi di Medinah adalah pusat pemerintahan
Rasulullah SAW. Masjid Nabawi pada mulanya dibangun sangat sederhana sekali,
dinding dari bata jamur, langit-langit dari pelepah dan daun kurma dan
tiang-tiangnya dari batang pohon kurma. Selama enam tahun keadaan Masjid
berturut-turut tetap sepert itu. Tak ada yang diubah sementara Islam sudah
berkembang dan kota Madinah sudah bertambah makmur dan Allah sudah melimpahkan
rezeki kepada penduuknya. Usman bermusyawarah dengan beberapa pemuka dan mereka
sepakat untuk merobohkan Masjid itu, lalu membangun kembali dan memperluasnya.
Usman menambah perluasan Masjid itu
besar-besaran, namun tidak hanya menambah perluasannya seperti yang dilakukan
Umar, melainkan ia mengadakan pembaruan dalam bangunan itu sesuai dengan
kecenderungan aspirasinya. Usman telah melengkapi Masjid Nabi itu dengan
lambang kewibawaan, sebab kini sudah menjadi, pusat pemerintahan. Semua
perintah dikeluarkan dari sana untuk para petinggi di daerah-daerah yang
tinggal dalam gedung-gedung mewah di Damsyik Fustat, Kufah dan Basrah.
2. Mushaf
Usmani
Usman memerintahkan kepada Zaid bin Sabit
al-Ansari untuk menuliskan Mushaf itu dan diimlakan oleh Sa’id bin As al-Umawi,
dengan disaksikan oleh Abdullah bin Zubair dan abdur-rahman bin Haris bin
Hisyam al- Makhzumi. Kepada mereka dimintanya jika ada yang mereka
perselisihkan supaya ditulis dengan logat Mudar ( Banu Mudar bin Nizar, salah
satu kabilah Arab al-Musta’ribah tertua beberapa generasi sebelum kabilah
Quraisy ), sebab Qur’an diturunkan kepada orang dari Mudar. Sesudah penulisan
itu selesai didasarkan pada satu bacaan , Usman memerintahkan untuk
menululiskan satu mushaf untuk di Syam, satu mushaf untuk di Mesir, satu Mushaf
dikirimkan ke Basrah, satu mushaf untuk di Mekkah dikirim satu Mushaf dan untuk
Yaman juga satu mushaf. Satu mushaf ditinggalkan di Madinah. Umat sudah puas
dengan semua mushaf ini, dan orang menamakannya Mushaf Usman, sebab ditulis
atas perintah Usman, kendati tidak ditulis oleh tangannya sendiri.
F. Berakhirnya
Usman bin Affan
1. Tersebarnya
Fitnah
Kuffah adalah sumber pemberontakan utama
dalam kekhalifahan usman bin Affan. Banyak penduduk yang mengeluhkan
pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu. Mereka marah kepada Sa’d bin Abi
Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum Khamar. Banyak orang kaya
raya yang menimbulkan kemarahan orang-orang Arab yang dulu tinggal dibeberapa
kota di Irak. Mereka makin benci kepada Usman dan pejabat-pejabatnya karena
mereka tidak mendapat bagian rampasan perang. Begitu juga banyak penduduk
kota-kota lain dalam kawasan Islam yang memperlihatkan ketidak senangan mereka
terhadap kebijakan Usman.
2. Abdullah
bin Saba’
Ada beberapa tokoh yang mengambil
kesempatan ini untuk membangkitkan kebencian dalam hati orang di kota-kota itu,
diantaranya apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’` seorang orang
Yahudi dari San’a di Yaman yang pada masa Usman kemudian masuk Islam. Di Basrah
banyak orang awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Ia pergi ke Mesir
setelah di usir oleh Abdullah bin Amir dan Muawiyah, di Mesir ia menyebarkan
propagandanya dan mengirimkan orang kepada pengikut-pengikutnya di Basrah dan
di Kuffah. Dalam propagandanya itu ia mengatakan bahwa setiap Nabi mempunyai
seorang penerima wasiat (mandataris) dan Ali adalah penerima wasiat Muhammad
dan penutup para penerima wasiat, seperti Muhammad yang juga penutup para Nabi.
Dengan demikian mental orang sudah dipersiapkan, bahwa Usman telah mengambil
kedudukan Khalifah dari Ali sebagai waris karib Rasulullah, secara tidak sah.
3. Pengepungan
Pengepungan rumah Usman oleh kaum
pemberontak itu berlangsung lama dengan memperlakukannya secara tidak baik. Ia
dilarang keluar untuk melaksankan salat di Masjid Nabi dan dijauhkan dari air.
Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama 40 hari, sekali-kali Usman
mengingatkan kaum pembeontak itu akan bahaya fitnah dan menyebutkan beberapa
ayat Al-Quran. Tetapi mereka tidak menghiraukannya, tak lama kemudian para
pemberontak itu maju menyerang rumah Usman, membakar pintu dan berandanya.
Sahabat-sahabat Usman menyerang mereka dan merintangi mereka kerumah itu, maka
terjadilah pertempuran sengit antara kedua pihak. Tidak sedikit sahabat-sahabat
Usman yang terbunuh dan luka-luka. Tidak cukup begitu, kaum pemberontak itu
memanjati rumah Usman melalui rumah Amr bin Hazm al-Ansari. Mereka melihat
Usman dengan Mushaf sedang membaca Surah al-Baqarah. Muhammad bin Abu Bakr maju
memegang janggut Usman sambil berkata: “ Hai Na’sal,(orang yahudi penduduk
medinah yang mirip dengan sosok Usman, tingginya dan janggutnya yang lebat)
Allah telah menghinamu!”
4. Usman di
Bunuh Secara Kejam
Melihat perbuatannya itu Usman merasa
jiik. “ Saya bukan Na’sal,” kata Usman, “ Tetapi saya hamba Allah
Amirulmukminin.”. Tetapi Muhammad bin Abu Bakar terus merenggut janggut Usman
seraya berkata: “ Mu’awiyah tak dapat menolong anda, begitu juga Abdullah bin
Amir dan surat-surat mu itu.”
“ Kemenakanku, lepaskanlah janggutku.”
Kata Usman. “ Ayahmu pun tidak akan memperlakukan aku seperti yang kau lakukan
ini. “
“ Kalau ayahku melihat perbuatan anda ini
ia akan setuju,” kata Muhammad bin Abu Bakr. ‘ Saya tidak ingin menggenggam
janggutmu lebih keras lagi.” Tetapi Usman menjawab dengan sabar dan tabah:
“ Atas perbuatanmu ini saya akan meminta
pertolongan Allah dan kepad-Nya aku berlindung.”
Ketika itulah Muhammad bin Abu Bakr
menetak mukanya dengan anak panah bermata lebar. Kemudian Kinabah bin Bisyir
mengangkat anak panah serupa dan menghunjamkannya ke pangkal telinga Usman
sampai tembus ke ternggorokan, lalu menghantamkannya dengan pedang. Usman
bermaksud hendak menangkis pedang itu dengan tangannya sampai tangannya putus.
Begitu juga istrinya Na’ilah, jarinya putus ketika ia menelungkup kepada
suaminya hendak mengambil pedang itu dengan tangannya. Sekarang Saudan bin
Hamran al-Muradi menghantam Usman di bagian rusuknya sehingga ia jatuh
tersungkur. Peristiwa ini terjadi pada hari jumat 18 Zulhijah tahun 35 Hijri.
Ketika itulah orang-orang awam berdatangan dan merampok rumah itu dan baitul
mal.
Pada mulanya kaum pemberontak itu tidak
membolehkan pemakaman jenazah Usman hingga selama tiga hari. Jenajah itu baru
boleh dikuburkan setelah beberapa orang Quraisy meminta Ali bin Abi Thalib
menengahi masalah itu dengan kaum pemberontak. Yang menghadiri pemakaman itu
hanya Marwan bin Hakam, Jubair bin Mu’tim, Hakim bin Hizam, Abu Jahm bin
Huzaifah al-Adawi, Niyar bin Makram dan kedua istri Usman, Na’ilah binti Farafisah
dan Um al-Banin binti Uyainah. Rakyat awam mencoba melempari jenazah Usman
dengan batu, tetapi Ali bin Abi Thalib menghardik mereka. Beberapa orang segera
mengangkat jenazah itu untuk dikuburkan dengan mngambil kesempatan pada malam
gelap, supaya tak terlihat oleh kaum pemberontak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada saat pengangkatan Usman bin Affan sebagai Khalifah pada saat itu
Usman berumur 70 tahun, ia seorang shahabat yang mempunyai sifat pemalu,
berhati lembut dan sangat dipengaruhi oleh perasaannya yang halus.
Usman bin affan mendapatkan gelar Zun-Nurain ( yang memiliki dua cahaya
) dikarenakan beliau menikahi dua putri Rasulullah SAW, Ruqayyah dan Um-Kulsum,
masa pernikahannya dengan Ruqayyah Usman berumur 40 tahun sementara Ruqayyah
kurang dari 20 tahun.
Perang Zat as-Sawari atau perang tiang kapal saat melawan pasukan Romawi
dengan laksamana pertamanya Abdullah bin qais dan Abdullah bin sad perang ini
terkenal masa kepemimpinan Usman bin Affan. Sedangkan prestasi Usman bin Affan
diantaranya: Memperluas Wilayah Islam, Merenovasi Masjid Nabawi dan
Mengkodifikasi AlQuran (Mushaf Usmani) Ke Mekkah, Syam, Kuffah Basrah dan yang
asli di Medinah.
Abdullah bin Saba dari Sana seorang aktor intelektual terjadinya
konflik dilingkungan umat Islam terutama dikalangan masyarakat Kuffah dengan
berakhirnya pembunuhan Usman bin Affan oleh tiga orang yang tidak manusiawi:
Muhammad bin Abu Bakr, Kinabah bin Bisyir dan Saudan bin Hamran al-Muradi.
B.
Saran
Jadilah umat Muslim yang berakhlak baik, menghargai sesama dan tidak
mudah terhasut fitnah. Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat jauh dari
harapan dan kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Akhirnya walaupun makalah ini jauh dari harapan
dan kesempurnaan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad Husain Haekal. (2013), Usman bin Affan
antara Kekhalifahan Dengan Kerajaan, Jakarta, PT. Mitra Kerjaya Indonesia.
Dedi Supriyadi, M.Ag, (2008), Sejarah Peradaban
Islam, Bandung, CV. Pustaka
halid Muh Khalid. (2006), Karekteristik
Perilaku Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Bandung, CV. Penerbit
DiponegoroDiakses dari Inter.kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/
2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-khalifah_81.html,
pada tanggal 07 Maret 2016 pukul, 11.48.
Sumber
Situs :
https://zayyinfamily.wordpress.com/2016/04/02/periode-usman-bin-affan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar