Minggu, 29 Maret 2020

Makalah Konsep Diagnosis Kesulitan Belajar


“ KONSEP DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR “

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi pendidikan.
Dosen pengampu : Budi Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.I









Disusun oleh :
KELOMPOK 5

ADAWIYAH CAHYA RAMADANI S.                 (180511554)
BAMBANG ARDIANSYAH                                               (180511554)
FERLYADI                                                                (180511545)
NUR SELLA ENGGAR DHINI                              (180511554)

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
FAKULTAS AGAM ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TENGGARONG
2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh..

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang berjudul “KONSEP DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dukungan, motivasi yang sangat besar nilainya. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Budi Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna meskipun disertai dengan usaha dan upaya semaksimal mungkin. Oleh karena itu saya mengharapkan saran yang konstruktif dan diterima dengan hati yang lapang.
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah segala usaha saya dan semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Penyusun,


Kelompok 5





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
A.    Latar Belakang..................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 3
C.     Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A.    Pengertian diagnosis dan kesulitan belajar .......................................... 5
B.     Faktor penyebab kesulitan belajar........................................................ 6
C.     Diagnosis kesulitan belajar................................................................... 13
D.    Usaha mengatasi kesulitan belajar........................................................ 16
BAB III PENUTUP....................................................................................... 21
A.    Kesimpulan........................................................................................... 21
B.     Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 22


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa di sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dikalangan para pendidik, Karena kesulitan belajar yang mereka alami akan membawa dampak negatif baik terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap orang lain dan lingkungannya. Seperti timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas beberapa kali.
Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang mungkin timbul karena kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh para peserta didiknya. Untuk itu dalam makalah ini, kami mencoba menjelaskan latar belakang kesulitan belajar, karakteristik peserta didik dalam belajar, faktor penyebab kesulitan belajar.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kita dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apa pengertian dari diagnosis ?
  2. Apa pengertian dari kesulitan belajar ?
  3. Bagaimana mendiagnosis kesulitan belajar ?
  4. Apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar ?


C.      Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ialah :
1.      Mengetahui pengertian diagnosis.
2.      Mengetahui pengertian kesulitan belajar.
3.      Mengetahui diagnosis kesulitan belajar.
4.      Mengetahui apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian diagnosis dan kesulitan belajar
1.      pengertian diagnosis
Diagnosis, merupakan istilah teknis yang kita adopsi dari bidang medis.Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1.      Upaya atau proses menemukan kelemahan ataupenyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenaigejala-gejalanya (symptons)
2.      Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukankarakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial
3.      Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat kita maklumi bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya,serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan jugamengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

Dari ketiga pengertian tersebut diatas,dapat kita maklumi bahwa dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul  pula konsep pronogsisnya. Dengan demikian,didalam pekerjaan diagnostic bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dengan karakteristiknya, serta latar belakakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu  upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan menyerahkan tindakan pemecahanya.

2.      Pengertian kesulitan belajar
Pada umumnya, “kesulitan belajar” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehinggamemerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno, dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran Depdikbud (1995/1996:1-2) menjelaskan bahwa Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam prosesbelajarmengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untukmencapai hasilbelajar yang optimal.

B.     Faktor penyebab kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini.
1.      Faktor intern (Faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a.       Faktor fisiologi.
b.      Faktor psikologi.
2.      Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi:
a.       Faktor-faktor non-sosial.
b.      Faktor-faktor sosial.

1.      Faktor Intern
a.      Sebab yang bersifat fisik
1)      Karena sakit
Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melaluin indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2)      Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsetrasinya hilang, kurang semangat, dan pikiran terganggu karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal melalui inderanya.
3)      Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
a)      Cacat tubuh ringan seprti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
b)      Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB, bisu, tuli, TPAC-SROCK. Sedangkan golongan ringan, masih banyak mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang tepat.

b.      Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani
Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk.
Apabila dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain berikut ini.
1)      Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala perosalan yang dihadapi. IQ 90-110 dapat digolongkan anak normal, IQ 110-140 dapat digolongkan anak cerdas, IQ 140 ke atas tergolong genius. Sedangkan IQ dibawah 90 tergolong lemah mental (mentally deffevtive). Mereka di golongkan atas debil, embisil, ediot.
·         Debil, walaupun umurnya telah 25 tahun, kecerdasan mereka setingkat dengan anak normal umur 12 tahun.
·         Embisil, hanya mencapai tingkat anak normal 7 tahun.
·         Ediot, kecakapannya menyamai anak normal umur 3 tahun.
2)      Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki bakat yang berdebda-beda. Oleh sebab itu, seseorang akan mudah mempelajari apa yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang anak harus mempelajari bahan lain dari bakatnya maka akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
3)      Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran maka akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan, kecakapan dan tipe khusus anak sehingga menimbulkan problema bagi mereka.
4)      Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
5)      Faktor kesehatan mental
Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.
6)      Tipe-tipe khusus seseorang pelajar
Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak. Ada tipe visual, motoris, dan campuran.
·         Seseorang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, dan gambar.
·         Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), radio/casette.
·         Individu yang bersifat motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan.

2.      Faktor Orang Tua
a.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat jga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut.
1)      Faktor Orang Tua
a)      Cara Mendidik Anak
Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, seperti acuh tak acuh terhadap kemajuan belajar anak-anaknya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya berusaha, bersusah payah, menderita, dan bekerja keras.
b)     Hubungan Orang Tua dan Anak
Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity.
c)      Contoh/Bimbingan dari Orang Tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Oleh karena itu, belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak.
2)      Suasana Rumah/Keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh akan sangat mengganggu konsetrasi anak.
Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara keluarga, selalu ditimpa kesedihan, akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.
3)      Keadaan Ekonomi Keluarga
a)      Ekonomi yang Kurang/Miskin
Keadaan ini akan menimbulkan:
·         Kurangnya alat-alat belajar.
·         Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua.
·         Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
b)     Ekonomi yang Berlebihan (Kaya)
Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah yang menyebabkan mereka akan menjadi segan untuk belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang.
b.      Faktor Sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain:
1)      Guru
Guru dapat menjadi sebab ksulitan belajar, apabila
a)        Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
b)        Hubungan guru dengan murid kurang baik.
c)        Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
d)       Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar.
e)        Metode pengajaran guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
2)      Faktor Alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuatpenyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
3)      Kondisi Gedung
Terutama titunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak.
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
a)      Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
b)      Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
c)      Lantai tidak becek, licin atau kotor.
d)     Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya.
4)      Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya:
a)      Bahan-bahannya terlalu tinggi.
b)      Pembagian bahan tidak seimbang.
c)      Adanya pendataan materi.
5)      Waktu Sekolah dan Disiplin Kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran dikarenakan waktu dalam kondisi fisik sudah minta istirahat, oleh sebab itu waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari.

c.       Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial
1)      Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik, dll yang berada disekitar kita.
2)      Lingkungan Sosial
a)      Teman bergaul.
b)      Lingkungan tetangga.
c)      Aktivitas dalam masyarakat.

Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya:
1.      Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4.      Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5.      Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasanya dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata kelas).
Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian. Timbulnya kesulitan dalam belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar, pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Di samping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
1.      Observasi.
2.      Interview.
3.      Tes diagnostik.
4.      Dokumentasi.

C.    Diagnosis kesulitan belajar.
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran yang dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa sebagai berikut:

1.      Tujuan pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.

2.      Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata–rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.
3.      Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.

4.      Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.



D.    Usaha mengatasi kesulitan belajar.
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar, sebagaimana diuraikan diatas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab adalah mutlak dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
            Secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat melalui enam tahap, yaitu :
1.      Pengumpulan data
2.      Pengolahan data
3.      Diagnosis
4.      Prognosis
5.      Treatment/perlakuan
6.      Evaluasi
Adapun penjelasan dari 6 langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani Dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan metode, diantaranya adalah :
a.       Observasi
b.      Kunjungan rumah
c.       Case study
d.      Case history
e.       Daftar pribadi
f.       Meneliti pekerjaan anak
g.      Tugas kelompok
h.      Melakukan tes (Baik tes prestasi/achivement test)
Dalam pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak.
Semakin masalahnya rumit, maka semakin banyak kemungkinan metode yang digunakan. Sebaliknya, semakin masalahnya itu sederhana, mungkin dengan satu metode observasi saja sudah dapat ditemukan faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar anak.
2.      Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah :
a.       Identifikasi kasus
b.      Membandingkan antar kasus
c.       Membandingkan dengan hasil tes
d.      Menarik kesimpulan
3.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a.       Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya)
b.      Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar
c.       Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya :
a.       Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak
b.      Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak
c.       Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
d.      Social worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
e.       Ortopedagogik, untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.
f.       Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama disekolah.
g.      Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah dan sebagainya, tergantung pada kebutuhan.
Dalam prakteknya, tidak semua tenaga ahli tersebut selalu harus secara bersama-sama digunakan dalam setiap proses diagnosis, melainkan tergantung kepada kebutuhan dan juga kemampuan tentunya.
4.      Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Dalam “prognosis” ini antara lain akan akan ditetapkan mengenai bentuk treatment (perlakuan) sebagai follow up dari diagnosis.
Dalam hal ini dapat berupa :
-          Bentuk treatment yang harus diberikan.
-          Bahan/materi yang diperlukan.
-          Metode yang akan digunakan.
-          Alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.
-          Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan)
Pendek kata, prognosis adalah merupakan aktifitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5.      Treatment (Perlakuan)
Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantu kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah :
-          Melalui bimbingan belajar kelompok.
-          Melalui bimbingan belajar individual.
-          Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.
-          Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
-          Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin ada.
Siapa yang harus memberikan treatment, menurut kami tergantung pada bidang garapan yang harus dilaksanakan. Kalau yang harus diatasi terlebih dahulu itu ternyata penyembuhan penyakit kanker yang diderita oleh anak, maka sudah barang tentu seorang dokterlah yang berwenang menanganinya.
Sebaliknya pada kasus masalah kesulitan belajar, kalau bentuk treatmentnya adalah memberikan pengajaran remedial dalam bidang studi matematika, maka guru matematikalah yang lebih tepat untuk melaksanakan treatment tersebut.
6.      Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali.
Kalau ternyata treatment yang diterapkan tidak berhasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor-faktor apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut.
Mungkin program yang disusun tidak tepat atau mungkin diagnosisnya yang keliru dan sebagainya.
Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar (Achievement test).
Untuk mengadakan pengecekan kembali atau hasil treatment yng kurang berhasil, maka secara teoritis langkah-langkahnya yang perlu ditempuh, adalah sebagai berikut :
a.       Re-ceking data
b.      Re-diagnosis
c.       Re-prognisis
d.      Re-treatment
e.       Re-evaluasi
Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang bersangkutan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini.
1.        Faktor intern (Faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a.       Faktor fisiologi.
b.      Faktor psikologi.
2.        Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi:
a.       Faktor-faktor non-sosial.
b.      Faktor-faktor sosial.
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat melalui enam tahap, yaitu :
1.         Pengumpulan data
2.         Pengolahan data
3.         Diagnosis
4.         Prognosis
5.         Treatment/perlakuan
6.         Evaluasi


B.     Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Makalah ini di buat agar kita mengetahui apa itu kesulitan belajar, faktor yang mempengaruhi serta upaya menanganinya.
Dan apabila dalam penulisan makalah ini banyak terjadi kesalahan, kami mohon maaf karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. kritik dan saran dari teman-teman sekalian sangat kami butuhkan guna memotivasi kami untuk makalah yang lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwanto, M Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

1 komentar: