Minggu, 29 Maret 2020

Makalah Tujuan Menuntut Ilmu Pengetahuan


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, lalu apa sebenarnya tujuan kita menuntut ilmu . Salah satu tujuan pendidikan islam adalah menjadikan seorang bertaqwa dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional pendidikan Negara kita, dimana tujuan pendidikannya adalah menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Lalu bagaimana islam memandang tujuan menuntut ilmu ini? Disini kami kami akan membahas tentang tujuan menuntut ilmu .

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa tujuan menuntut ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an ?
2.    Apa saja tujuan pendidikan menurut ahli pendidikan ?
3.    Dalil-dalil apa saja yang menyatakan untuk tujuan menuntut ilmu ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan Tujuan menuntut ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an.
2.      Menjelaskan tujuan pendidikan menurut ahli pendidikan.
3.      Menyebutkan dalil-dalil yang menyatakan untuk tujuan menuntut ilmu.


BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Tujuan Menuntut Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang. Pertama pendidikan dari sudut pandangan masyarakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan kata lain agar suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari generasi ke generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman. Kedua pendidikan dari sudut pandang individu dimana pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap individu. Dalam diri setiap manusia memiliki berbagai bakat  dan kemampuan yang apabila dapat dipergunakan dengan baik, maka akan berubah menjadi intan dan permata yang keindahannya dapat dinikmati oleh banyak orang dengan kata lain bahwa setiap individu yang terdidik akan bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dari kedua sudut pandang pendidikan di atas kemudian datanglah Islam yang secara komprehensif(luas dan lengkap) memadukan kedua sisi bentuk pendidikan yang berlandasakan al-Qur'an dan as-Sunnah, dimana Islam mendidik individu menjadi manusia yang beriman, berakhlak yang mulia dan beradab yang kemudian melahirkan masyarakat yang bermartabat, teori ini didasarkan pada firman Allah:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya :
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (At-Taubah: 122)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tidaklah sepantasnya seluruh individu orang-orang yang beriman (muslim) berangkat ke medan perang untuk memerangi kaum Kuffar dengan menggunakan senjata, akan tetapi hendaknya terdapat salah seorang diantar setiap golongan mencari pendidikan yang layak agar kembali kepada masyarakatnya dan mendidik mereka agar senantiasa menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari jilatan api Neraka.
Dalam kitab tafsir al-Iklil diceritakan “asbabun nuzul” ayat ini yaitu bahwa: Ketika Rosulullah SAW meminpin perang maka tak ada satu pun orang mukmin yang tertinggal dalam pepeerangan kecuali orang yang Munafik dan orang yang memiliki udzur. Namun ketika Allah telah membocorkan orang orang munafik yang bakal mundur dari perang, maka semua orang mukmin berkata: “aku tidak akan mundur dari peperangan yang langsung dipimpin oleh Rosulullah, atau pasukan yang diutus Rosul untuk berperang”. Ketika Rosul datang pada perang Tabuk dan menugaskan pasukan untuk pergi berperang, maka semua orang mukmin berperang dan meninggalkan Rosulullah sendirian di Madinah. Maka turunlah ayat tersebut.[1]
Jadi tafsir ayat di atas yaitu bukan berarti semua orang mukmin pergi berperang dan meninggalkan Rosulullah sendirian di Madinah. Namun harus dibagi menjadi dua golongan, pertama harus pergi berperang dan kedua harus tinggal untuk menemani Rosulullah SAW. Ayat ini menunjukkan yang dimaksud dengan ILMU yaitu DAKWAH yaitu mengajak manusia kepada jalan yang benar dan menunjukkan agamanya Allah SWT. dan menunjukkan apa yang dilarang Allah SWT. jadi orang yang belajar atau mengajar karena tujuan diatas maka orang tersebut termasuk orang yang menapaki jalan yang benar. Sedangkan jika dengan niat sebaliknya, maka orang tersebut akan terbuka topengnya.
Sebagaimana pada dasarnya manusia yang dijadikan Allah SWT sebagai Kholifah di bumi. Allah telah memberikan pendidikan awal sebelum benar-benar dijadikan Kholifah. Hal ini juga didasarkan dari ayat 30-31 Surah al-Baqarah yang menjelaskan penolakan oleh Malaikat tentang penciptaan manusia sebagai Kholifah di bumi.

B.     Tujuan Pendidikan Menurut Ahli Pendidikan
·         Dr. M. Nasir Budiman mengklasifikasi tujuan Pendidikan Islam dilihat dari segi komponennya menjadi tiga macam:

1.         Tujuan Normatif
a.         Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai yang hendak diinternalisasi.
b.         Tujuan normatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
c.         Tujuan selektif yang bersifat memberi kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan salah.
d.         Tujuan determinatif  yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan diri pada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
e.         Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi phisikis (pikiran, perasaan, kemampuan, ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir.
f.          Tujuan aplikatif yang memberi kemampuan penerapan segala pengetahuan  yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.

2.         Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional diarahkan kepada percapaian kemampuan untuk mengamalkan daya kognitif, afektif, dan psikomotorik dari hasil proses pendidikan. Tujuan ini meliputi :
a.         Tujuan individual yang sasarannya pada pemberian kemampuan individu untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi berupa akhlak, intelektualitas, dan amal saleh.
b.         Tujuan sosial  yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengalaman nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.         Tuuan akhlak yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan tuntunan akhlak al-kariah.
d.         Tujuan operasional yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya dan sesuai dengan kompetensinya.

3.         Tujuan Operasional
Tujuan operasional ini cenderung bersifat manajerial. Langeveld membagi tujuan ini kepada enam macam:
a.         Tujuan umum. Tujuan ini mengupayakan agar menjadi Insan Kamil, yaitu manusia yang dapat menunjukkan keselarasan dan keharmonisan antara jasmani dan rohani, antara individu, Tuhan, masyarakat, dan alam sekitarnya.
b.         Tujuan khusus. Tujuan ini sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu.
c.         Tujuan tak  lengkap. Tujuan ini berkaitan dengan kepribadian manusia dari suatu aspek saja.
d.         Tujuan insidentil (tujuan seketika). Tujuan ini bersifat mendadak atau sesaat.
e.         Tujuan sementara. Tujuan yang ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum.
f.          Tujuan intermedier. Tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya tujuan sementara.

·         Abdurrahman Saleh Abdullah, dalam buku Educational Theory A Qur’anic Outlook, menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasi menjadi empat macam, yaitu:
1. Tujuan pendidikan jasmani (ahdaf al-jismiyah); mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di muka bumi, melalui pelatihan keterampilan-keterampilan fisik. Ia mengacu pada pendapat imam an-Nawawi (676H) yang menafsirkan al-Qawiyy sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. (QS. Al-Baqarah: 247; dan al-Anfal:60).
2. Tujuan pendidikan rohani (ahdaf ar-Ruhaniyyah); meningkatkan kesetiaan hanya kepada Allah semata dan mengaktualisasikan akhluk al-karimah dengan meneladani Rasulullah Saw dalam konteks inilah pendidikan disebut Tazkiyah an-nafs.
3. Tujuan pendidikan akal (ahdaf al-‘aqliyyah); pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang mengantarkan pada Iman kepada Maha Pencipta, yaitu Allah.
4. Tujuan pendidikan sosial (ahdaf al-ijtima’iyyah); yaitu pembentukkan kepribadian yang utuh dari roh, tubuh, dan akal. Identitas ini tercermin sebagai an-Nas yang hidup ditengah-tengah masyarakat yang plural (majemuk).
Adapun tujuan pendidikan Islam dapat dilihar daei beberapa aspek, antara lain : aspek tujuan hidup, sifat-sifat dasar, tuntunan masyarakat, dan dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.
Tujuan dan tugas hidup manusia. Tujuan diciptakannya manusia adalah hanya untuk Allah Swt. indikasi tugasnya berupa ibadah dan tugas sebagai khalifat. Tuuan dan sifat-sifat dasar. Menusia-manusia hidup bukan karena kebetulan, tujuan yang diharapkan dalam pendidikan Islam ini tidak terlepas dari dasar dan arah Pendidikan Islam sebagaimana digambarkan di atas.

C.    Dalil-dalil yang menyatakan tujuan menuntut ilmu pengetahuan
·         Hadits Shahih Al-Bukhari No. 97 - Kitab Ilmu
Antusias untuk mencari hadits

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Amru bin Abu 'Amru dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya".

·         Hadits Shahih Al-Bukhari No. 101 - Kitab Ilmu
Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu yang didengarnya kepada yang tidak hadir

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدٌ هُوَ ابْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّهُ قَالَ لِعَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ وَهُوَ يَبْعَثُ الْبُعُوثَ إِلَى مَكَّةَ ائْذَنْ لِي أَيُّهَا الْأَمِيرُ أُحَدِّثْكَ قَوْلًا قَامَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغَدَ مِنْ يَوْمِ الْفَتْحِ سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ حَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ فَلَا يَحِلُّ لِامْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا وَلَا يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ لِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا فَقُولُوا إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا بِالْأَمْسِ وَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيْحٍ مَا قَالَ عَمْرٌو قَالَ أَنَا أَعْلَمُ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ لَا يُعِيذُ عَاصِيًا وَلَا فَارًّا بِدَمٍ وَلَا فَارًّا بِخَرْبَةٍ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata,, telah menceritakan kepada saya Al Laits berkata, telah menceritakan kepada saya Sa'id dia adalah anaknya Abu Sa'id dari Abu Syuraih bahwa dia berkata kepada 'Amru bin Sa'id saat dia mengutus rombongan ke Makkah, "Wahai amir, izinkan aku menyampaikan satu persoalan yang pernah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sampaikan dalam khutbahnya saat pembebasan Makkah. Kedua telingaku mendengar, hatiku merasakannya dan kedua mataku melihat, beliau memuji Allah dan mensucikan Allah seraya bersabda: 'Sesungguhnya Makkah, Allah telah mensucikannya dan orang-orang (Musyrikin Makkah) tidak mensucikannya. Maka tidak halal bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menumpahkan darah di dalamnya, dan tidak boleh mencabut pepohonan di dalamnya. Jika seseorang minta keringanan karena peperangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalamnya maka katakanlah 'sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkan Rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kalian.' Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengizinkanku pada satu saat pada siang hari kemudian dikembalikan kesuciannya hari ini sebagaimana disucikannya sebelumnya. Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir." Maka dikatakan kepada Abu Syuraij, "Apa yang dikatakan 'Amru?" Dia berkata, "Aku lebih mengetahui daripadamu wahai Abu Syuraij: "Beliau tidak akan melindungi orang yang bermaksiat, orang yang menumpahkan darah dan orang yang mencuri."HR. Bukhari no.102

·         Hadits Shahih Al-Bukhari No. 102 - Kitab Ilmu
Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu yang didengarnya kepada yang tidak hadir

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ ذُكِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا أَلَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ مِنْكُمْ الْغَائِبَ وَكَانَ مُحَمَّدٌ يَقُولُ صَدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ ذَلِكَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari Muhammad dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, Muhammad berkata; menurutku beliau mengatakan, "dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini di bulan kalian ini. Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir." Dan Muhammad berkata, "Benarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seperti apa yang disabdakannya, 'Bukankah aku telah menyampaikannya? ' beliau ulangi hingga dua kali.
Dalil 1 Ayat Al-Qur’an
Qs Al Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Dalil 2 Ayat Al-Qur’an
Qs Ali Imraan ayat 18:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [آل عمران:18]
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]

Dalil 3 Ayat Al-Qur’an
Qs Thaaha ayat 114
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا  [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]

Dalil 4 Ayat Al-Qur’an
Qs Az Zumar ayat 9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ  [الزمر:9]
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]

BAB 3
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Belajar atau menuntut ilmu mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan menuntut ilmu orang menjadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa menuntut ilmu orang tidak akan mengetahui sesuatu apapun.
Di samping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah SWT. Orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni dosanya.







B.            Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, makalah ini di buat agar kita tahu bahwa menuntut ilmu itu sudah suatu keharusan bagi tiap muslimin, dan tujuan pokok dari menuntut ilmu adalah agar mendapat ridho dari Allah SWT. oleh  itu menuntut ilmu serta mengamalkan adalah kewajiban bagi tiap muslimin.
Dan apabila dalam penulisan makalah ini banyak terjadi kesalahan, kami mohon maaf karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt, kritik dan juga saran dari teman-teman sekalian sangat kami butuhkan guna memotivasi kami untuk membuat makalah yang lebih baik daripada sebelumnya.












DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abdul Barra’ Saad bin Muhammad ath-Thakhisi, Tazkiyah an-Nafs, Terjemah oleh Muqimuddin Sholeh, Solo: Pustaka Mantiq, 1997.
Abdul Jalil Isa Abu An-Nashr, Ijtihad Rasulullah Saw., Jakarta: Pustaka Azzam, 2001.
Tafsir, Dr. Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Sumber Website :
https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html
https://www.hadits.id/hadits/bukhari/102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar