BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam
membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan.
Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam
proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa
mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat,
dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Maka dari itu kami ingin menyampaikan sebuah
firman allah SWT di dalam Q.S At-Tahrim Ayat 6 & Q.S Asy-Asyu’ara Ayat 214
mengenai konsep pendidikan dalam ruang lingkup keluarga
B. Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
Tafsir Q.S At-Tahrim Ayat 6.
2.
Jelaskan
Objek Pendidikan dalam Q.S At-Tahrim Ayat 6.
3.
Jelaskan
Tafsir Q.S Asy-Syu’ara Ayat 214.
4.
Jelaskan
Objek Pendidikan dalam Q.S Asy-Syu’ara Ayat 214.
C. Tujuan
Penulisan
Menafsirkan Q.S At-Tahrim Ayat 6 & Q.S Asy-Syu’ara
Ayat 214 lewat tafsir Jalalain agar mengetahui objek pendidikan dalam
Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Tafsir Q.S Al-Tahrim Ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.
·
Tafsir
Jalalain Mengenai Q.S Al-Tahrim Ayat 6
Hai
orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian) dengan
mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah (dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir (dan batu) seperti
berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari bahan bakar neraka itu.
Atau dengan kata lain api neraka itu sangat panas, sehingga hal-hal tersebut
dapat terbakar. Berbeda halnya dengan api di dunia, karena api di dunia
dinyalakan dengan kayu dan lain-lainnya (penjaganya malaikat-malaikat) yakni,
juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada sembilan
belas malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti dalam surat
Al-Muddatstsir (yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata
ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya (yang keras) sangat keras hantamannya
(mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah
diperintahkan-Nya kepada mereka) lafal maa amarahum berkedudukan sebagai badal
dari lafal Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-malaikat penjaga neraka itu
tidak pernah mendurhakai perintah Allah (dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan) lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal yang
sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-orang mukmin supaya jangan
murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula bagi orang-orang munafik
yaitu, mereka yang mengaku beriman dengan lisannya tetapi hati mereka masih
tetap kafir.
B. Isi
Kandungan Q.S Al-Tahrim Ayat 6
Ayat
enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah.
Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi
itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada
perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya
ayat yang memerintahkan puasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan.
Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas
kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah
tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang
harmonis.
Berikut
adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari surat at-tahrim ayat 6:
1. Perintah
Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah
Dalam
ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari
api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan
patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya
taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api
neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir / pendurhaka yang tidak mau taat
kepada Allah dan yang selalu berbuat maksiat.
Oleh
karena itu kita diwajibkan oleh Allah untuk taat kepada-Nya supaya selamat
daripada siksa-Nya. Caranya membina diri kita terlebih dahulu dalam mendalami
akidah dan adab islam kemudian setelah kita mampu melaksanakan maka kita wajib
mendakwahkan kepada yang lain yaitu orang-orang terdekat kita / keluarga yaitu
orang tua, istri, anak, adik, kakak dan karib kerabat.
2. Anjuran
menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
Banyak
sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk surga dan dijauhkan dari
api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong
menolong dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari
api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar.
3. Pentingnya
pendidikan islam sejak dini
Anak
adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan
menemukan jalan-jalannya. Banyak orang tua “salah asuh” kepada anak sehingga
perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini tidak diiringi dengan
perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada anak sehingga banyak
prilaku kenakalan-kenalakan oleh para remaja.
Sebagai
orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan
dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah. Rasulullah juga memeberitahu
betapa pentingnya / Urgensimendidikanaksejakdini, dalam hadits Rasulullah SAW :
“Setiap
anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah yang
akan menjadikannya seorang yahudi atau seorang nasrani atau seorang majusi”.
(HR.Bukhari)
Dari
hadits di atas jelaslah bahwa setiap bani adam yang terlahirkan di dunia ini
dalam keadaan fitrah (dalam keadaan islam), karena sesungguhnya setiap bani
adam sebelum ia terlahirkan ke dunia (masih dalam kandungan), ia sudah berikrar
dengan kalimat syahadat yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah
Subhanallahu wa Ta’ala. Sedangkan yang menjadikan anak itu menjadi seorang
yahudi, nasrani, dan majusi melainkan itu semua karena peranan dari kedua orang
tuanya.
Dan
untuk lebih menambah pengetahuan kita, saya akan mengutip pernyataan ilmuwan
pendidikan Dorothy Law Nolte yang pernah menyatakan bahwa anak belajar dari
kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia
belajar memaki
b. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
c. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia
belajar rendah diri
d. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri
e. Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
f. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia
belajar menghargai
g. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik
perlakuan, ia belajar keadilan
h. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan
i. Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri
Jika
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan
cinta dalam kehidupan.
4. Keimanan
kepada para malaikat
Ayat
diatas mengandung pelajaran keimanan kita kepada sifat para malaikat yang suci
dari dosa dan tidak pernah membangkang apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Berbeda dengan manusia dan jin yang kadang taat kadang pula melanggar bahkan
ada juga yang tidak pernah taat sama sekali atau selalu berbuat maksiat.
Dalam
al-Qur’an dijelaskan bahwa dalam neraka ada sembilan belas malaikat yang
ditugasi menjaga neraka dan pemimpinnya adalah malaikat Malik. Sebagaimana
firman Allah tentang Neraka Saqar :
“
Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan.
(Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas
(malaikat Zabaniah). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan
malaikat. (Al-Muddassir [74]:27-30) ”Malikat Malik ‘Alaihissalam mematuhi
segala perintah Allah seperti dalam firman-Nya tentang permintaan penghuni
Neraka kepada Malaikat Malik“ Mereka berseru, “Hai Malik, biarlah Tuhanmu
membunuh kami saja”. Dia menjawab, “kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
(Az-Zukhruf [43]:77) ”Malaikat Malik mempunya tangan dan kaki yang bilangannya
sama dengan jumlah ahli neraka. Setiap kaki dan tangan itu bisa berdiri dan
duduk, serta dapat membelenggu dan merantai setiap orang yang dikehendakinya.
Menurut kisah, karena Malik memiliki wujudnya yang sangat menyeramkan, ketika
Malik melihat kearah Neraka maka sebagian api memakan api yang lain karena rasa
takutnya kepadaMalik.
Dikatakan pula bahwa ketika Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik ke Sidrat al-Muntaha, ia bertemu
dengan Malik yang kemudian menunjukkan pandangan sekilas tentang penderitaan di
Neraka. Sejak saat itu pula Malaikat Malik tidak pernah tersenyum. Memiliki
tubuh yang sangat besar, wajahnya menampakkan kemarahan, terlihat amat
menakutkan, sangat kejam, tidak kenal kompromi, di antara kedua matanya
terdapat pusat syaraf yang seandainya ia menatap bumi pasti orang-orang yang
ada didalamnya mati tiada tersisa.Begitulah mengenai wujud malaikat penjaga
neraka yang berwajah bengis, kasar dan keras. Jika kita pernah mendengar
tentang kebengisan seorang raja fir’aun yang selalu menyiksa rakyatnya dalam
kisah para nabi maka hal itu belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan
kebengisan dan kekasaran para malaikat penjaga neraka (disebut malaikat
zabaniyah). Karena tidak mungkin penjaga neraka adalah seorang malaikat yang
lemah lembut. Semua itu supaya para penghuni neraka merasakan azab dan
penderitaan yang luar biasa sebagai akibat dari pembangkangan mereka kepada
Allah Tuhan Yang Menciptakan mereka. Tuhan yang telah memberi banyak karunia
kepada mereka namun dibalas dengan kekufuran dan kemaksiatan.
C. Objek
Pendidikan Q.S Al-Tahrim Ayat 6
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.”(QS.At-Tahrim:6).
Dalam ayat ini terdapat lafadz perintah berupa fi’il amr
yang secara langsung dan tegas, yakni lafadz (peliharalah/ jagalah), hal ini
dimaksudkan bahwa kewajiban setiap orang Mu’min salah satunya adalah menjaga
dirinya sendiri dan keluarganya dari siksa neraka.
Dalam tafsir jalalain proses penjagaan tersebut adalah
dengan pelaksanaan perintah taat kepada Allah SWT. Merupakan tanggung jawab
setiap manusia untuk menjaga dirinya sendiri, serta keluarganya, sebab manusia
merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarganya yang nanti akan
dimintai pertanggungjawabannya. Sebagaimana sabda Rosuloulloh SAW.
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata: saya mendengar Rosululloh
SAW. Bersabda: Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap dari kamu akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin
dan akan ditanyai atas kepemimpinannya, orang laki-laki adalah pemimpin dalam
keluarganya dan akan ditanyai atas kepemimpinannya (HR. Bukhary-Muslim).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar
berkata: "Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana
menjaga keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka
mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka
melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya
meluputkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar
dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan
mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepadanya.
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya menjaga
dirinya sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat
melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala
perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya. Dan itu semua tak akan bisa
terjadi tanpa adanya pendidikan syari’at. Maka disimpulkan bahwa keluarga juga
merupakan objek pendidikan.
Dilihat dari ayat itu sendiri terdapat hubungan antar
kalimat (munasabah), bahwa manusia diharapkan seperti prilaku malaikat, yakni
mengerjakan apa yang diperintah Allah SWT. Tafsiran: ayat ini menerangkan
tentang ultimatum kepada kaum mu’minin (diri dan keluarganya) untuk tidak
melakukan kemurtadan dengan lidahnya, meskipun hatinya tidak.
Kesimpulan:
ayat ini menunjukkan perintah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka
dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan keluarga.
D.
Tafsir Q.S Asy-Syu’ara Ayat 214
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya
:
Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
·
Tafsir Jalalain Q.S Asy-Syu’ara Ayat 214
(Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) mereka adalah Bani
Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka
secara terang-terangan; demikianlah menurut keterangan hadis yang telah
dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
E.
Isi Kandungan Q.S Asy-Syu’ara Ayat 214
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt
memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk memberikan keterangan (ajakan) beriman
kepada Allah Swt untuk kalangan keluarga dekatnya. Ayat ini mengajarkan kepada
Rasulullah dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih/memberi kemudahan kepada
keluarga dalam hal pemberian peringatan, tidak ada kebal hukum, tidak
terbebaskan dari kewajiban, dan tidak memiliki hak berlebih atas dasar
kekerabatan karena semua adalah hambah Allah Swt. Keluarga dekat dari yang
terdekat kalipun, tidak boleh mengakibatkan seseorang yang beriman mengorbankan
keimanannya demi karena keluarga. Memang akan ada di antara mereka yang tidak
setuju dengan seruan dakwah, tetapi hendaklah tegar menghadapi mereka dan
berpegang teguh pada petunjuk Allah Swt. Perintah melakukan dakwah kepada obyek
dakwah (mad’u) yaitu keluarga sanak kerabat terdekat (extended family).
Keluarga kerabat inilah yang harus menjadi perhatian utama dalam berdakwah agar
keimanan dan keislaman mereka terjaga sesuai tuntunan Allah Swt. Jadi, kita
bisa melakukan dakwah di lingkungan keluarga dengan cara mengajak kebaikan dan
mendidik untuk berbuat baik menurut tuntunan Islam. Orang tua mendidik
anak-anaknya untuk melaksanakan shalat dengan tertib dan baik, mengajarkan
perilaku baik dalam kehidupan seharihari di rumah menurut Islam. Itu semua
merupakan bagian dari kegiatan dakwah. Begitu juga bagi anak tertua atau yang
usianya lebih dewasa mengajarkan kepada adik-adiknya untuk melakukan kebaikan
sesuai ajaran Islam, itu juga bagian dari kegiatan dakwah. Termasuk juga siswa
berdakwah di lingkungan sekolah kepada teman-temanya agar berbuat baik kepada
guru, tertib ibadahnya dan lainnya. Selain itu, sangat ditekankan agar da’i
(pelaku dakwah) memiliki sikap yang penuh rendah hati dan penuh perhatian
kepada orang-orang mukmin yang mengikuti seruan dakwahnya. Hal ini dimaksudkan
agar mereka tetap setia berada dalam jalan kebaikan dan tidak menjauhi
dakwahnya. Ayat ini menyadarkan dan menguatkan kepada juru dakwah bahwa tidak
semua orang mau mengikuti seruhan dakwah yang dilakukan. Jika ada orang yang
mengingkari seruan dakwah, maka sang juru dakwah sudah terlepas
tanggungjawabnya. Tugas pendakwah adalah menyampaikan ajaran Islam, sedangkan
yang memberi hidayah (petunjuk) orang yang didakwahi itu mau menerima atau
mengikuti seruhan, itu sudah menjadi hak Allah Swt. Karena itu, seorang dai
tidak boleh membenci apalagi merasa sakit hati kepada orang yang tidak mau
mengikutinya. Karena itulah, ayat ini memerintahkan untuk bertawakkal dan
menyerahkan urusan itu kepada Allah Swt adalah untuk menguatkan hati optimisme
da’i bahwa Allah Maha Perkasa. Betapapun keras hati kaum/masyarakat (mad’u)
menentang seruan dakwah, namun kehendak Allah Swt tidaklah akan dapat mereka
tentang. Jerih paya da’i dalam menyampaikan dakwah itu tidaklah akan dibiarkan
Allah Swt hilang dengan percuma saja.
F. Objek Pendidikan Q.S
Asy-Syu’ara Ayat 214
. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S
Asy Syu'ara': 214).
Sesuai dengan ayat sebelumnya
(QS. At Tahrim: 6) bahwa terdapat perintah langsung dengan fi’il amar (berilah
peringatan). Namun perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini
adalah kerabat-kerabat.
”Al Aqrobyn” mereka adalah
Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada
mereka secara terang-terangan; Demikianlah menurut keterangan hadis yang telah
dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun hal ini bukan berarti
khusus untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan Muthollib, tetapi juga untuk
seluruh umat Islam. Sebab sesuai kaidah ushul fiqh: ”...dengan umumnya lafadz,
bukan dengan khususnya sebab”.
Dilihat dari munasabah ayat,
selanjutnya terdapat ayat ke-215: ”Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS. Asy-Syu’araa: 215).
Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.
Asbab nuzul ayat ini, Ketika
ayat ini turun Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah
aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari
apa yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia dan
akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka, siapakah di antara
kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku dan
washiku serta khalifahku?” Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi
Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya
berkata: “Aku ya, Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan
ini”. Lalu Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali
ini adalah saudaraku dan washiku serta khalifahku terhadap kalian. Oleh karena
itu, dengarkanlah dan taatilah ia.” Mereka tertawa terbahak-bahak sambil
berkata kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati anakmu”
Umat Islam adalah saudara bagi
yang lain, maka harus saling mendidik dan menasehati. Sebagaimana sabda Nabi
SAW: “ Dari Jarir Ibn Abdillah ra. Berkata: Saya bersumpah setia kepada
Rosululloh SAW untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menasehati kepada
setiap muslim”. (HR. Bukhory-Muslim). Maka kerabat-kerabat kita terdekat merupakan
juga objek dakwah dan tarbiyah
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dakwah dan pendidikan harus
bermula di rumah.
2.
Kedua orangtua bertanggung jawab terhadap
anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing
bertanggungjawab atas kelakuannya.
·
Hikmah yang bisa dipetik pada Q.S
At-Tahrim Ayat 6 :
1. Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah
2. Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
3. Pentingnya pendidikan islam sejak dini
4. Keimanan kepada para malaikat
1. Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah
2. Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
3. Pentingnya pendidikan islam sejak dini
4. Keimanan kepada para malaikat
·
Hikmah yang bisa dipetik pada Q.S
Asy-Syu’ara Ayat 214 :
1.
Berdakwah dalam ruangan lingkup
keluarga.
2.
Berdakwah dengan berpegang teguh
atas petunjuk allah SWT.
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua, makalah ini di buat agar kita tahu bahwa menuntut ilmu itu
sudah suatu keharusan bagi tiap muslimin, dan tujuan pokok dari menuntut ilmu
adalah agar mendapat ridho dari Allah SWT. oleh
itu menuntut ilmu serta mengamalkan adalah kewajiban bagi tiap muslimin.
Dan apabila dalam penulisan
makalah ini banyak terjadi kesalahan, kami mohon maaf karena kesempurnaan hanya
milik Allah Swt, kritik dan juga saran dari teman-teman sekalian sangat kami
butuhkan guna memotivasi kami untuk membuat makalah yang lebih baik daripada
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Website :
https://quranic2016.wordpress.com/2013/06/22/tafsir-surat-at-tahrim-666-pendidik-utama-orang-tua/ (diakses pada
tanggal 2 Mei 2019 Pukul 15.00)
https://tafsirq.com/66-at-tahrim/ayat-6#tafsir-jalalayn (diakses pada tanggal 2 Mei 2019 Pukul 15.50)
https://tafsirq.com/26-asy-syuara/ayat-214 (diakses pada tanggal 2 Mei 2019 Pukul 16.32)
http://tpq-rahmatulihsan.blogspot.com/2017/05/tafsir-surat-asy-syuara-ayat-214-216.html (diakses pada tanggal 2 Mei 2019 Pukul 17.50)
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/obyek-pendidikan-dalam-al-quran.html (diakses pada tanggal 2 Mei 2019 Pukul 20.26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar