Minggu, 29 Maret 2020

Makalah Sejarah Berdirinya Taman Siswa


MAKALAH
‘’TAMAN SISWA’’



Mata Kuliah: Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
 Sofian Efendi, S.Ag., M.Pd
                                                                                
Disusun oleh kelompok 1:
1.      EKA NUR SAIPUTRIYAH                         (Npm: 180511520)
2.      SRI NOVITA SARI                                      (Npm: 180511568)                 
3.      SITI QORI’AH                                              (Npm: 180511521)
4.      INDAH                                                           (Npm: 180511538)
5.      HANISHA RAHMADANI M                      (Npm: 180511503)
6.      MUHAMMAD NUR RIZKI                         (Npm: 180511537)
7.      BAMBANG ARDIANSYAH                                   (Npm: 180511554)     

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
TENGGARONG
2019
KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kami  panjatkan  kehadirat  Allah   SWT  karena  dengan  rahmat,  karunia,  serta  taufik  dan  Hidayah-Nya,  kami  dapat  menyelesaikan  Makalah  kami  ini  dengan  baik  meskipun  banyak  kekurangan  didalamnya.  Dan  juga  kami  berterima  kasih  kepada  Bapak Sofian Efendi, S.Ag., M.Pd selaku  dosen  yang  telah  membimbing kami dalam  menyelesaikan tugas ini.
Kami  sangat  berharap  Makalah  ini  dapat  berguna  bagi  kami  dalam  rangka  menambah  wawasan  serta  pengetahuan  kita  mengenai konsep – konsep Dasar Pendidikan.  Kami  juga  menyadari  sepenuhnya  bahwa  di  dalam  makalah  ini  terdapat  kekurangan  yang  jauh  dari  kata  sempurna.  Oleh  sebab  itu,  kami  berharap  adanya  kritik,  saran,  dan  usulan  demi  memperbaiki  makalah  yang  telah  kami  buat  ini.
Semoga  makalah  sederhana  ini  dapat  dipahami  bagi  siapapun  yang membacanya. Sebelumnya  kami  mohon  maaf  apabila  terdapat  kesalahan  kata-kata  yang  kurang  berkenan  dan  kami  memohon  kritik  dan  saran  yang  membangun  demi  perbaikan  di   masa yang  akan  datang.
                                                                                                      
Tenggarong, 13 Oktober 2019
                                                                                                                     
                                                                                                Kelompok  1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
       A. Latar Belakang............................................................................................... 1
       B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
       C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
       A. Sejarah Berdirinya.......................................................................................... 3
       B. Tokoh Pendiri ................................................................................................  4
       C. Konsep Pendidikan........................................................................................ 5
       D. Kurikulum Pendidikan................................................................................... 8
      
BAB III PENUTUP................................................................................................. 11
       A. Kesimpulan.................................................................................................... 11
       B. Saran............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia seharusnya beralaskan garis hidup dari bangsa Indonesia sendiri dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya. Pendidikan saat ini seperti kembali pada masa politik etis, ketika sekolah-sekolah untuk masyarakat pribumi banyak didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan saat itu hanya mengedepankan ilmu pengetahuan semata dan penanaman budaya barat melalui bahasa dan gaya hidup namun sangat kering akan pembelajaran budi pekerti, agama, budaya dan nasionalisme ini yang kemudian sangat dirisaukan oleh Ki Hadjar Dewantara. 
Pada tanggal 3 Juli 1922 lahirlah Taman Siswa yang meneruskan citacita dari perhimpunan Selasa Kliwon yang kemudian menyebabkan perhimpunan ini melebur menjadi satu di bawah naungan Taman Siswa. Penyelenggaraan pendidikan Taman Siswa berbeda dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda atau sekolah-sekolah swasta yang ada pada saat itu, disebutkan dalam Peraturan Besar Persatuan Taman Siswa bahwa Taman Siswa berbentuk perguruan, wiyata griya, dan pondok asrama sebagai salah satu sistem pendidikannya.
Lahirnya Taman Siswa juga dinyatakan Ki Hadjar Dewantara sebagai jalan kembalinya pendidikan bangsa Indonesia yang bercorak nasional. Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa konsep seperti ini merupakan pola pendidikan asli Indonesia dan cocok diterapkan pada Taman Siswa. Hal ini berbeda sekali dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda yang berbentuk kelas. 
Perbedaan dalam hal pola pendidikan ini ditanggapi sinis oleh pemerintah kolonial Belanda dengan menyatakan bahwa Taman Siswa menurunkan mutu pengajaran dan membawa kita kembali sepuluh tahun ke belakang. Mendengar tentang pernyataan dari pemerintah kolonial Belanda ini, Ki Hadjar Dewantara hanya mengatakan “Memang, kita harus kembali beberapa puluh tahun, kita amat mengingini untuk menemukan titik tolak, agar kita dapat berorientasi kembali, kita telah salah jalan”. Walau mendapat tekanan dan pertentangan, pada akhirnya Taman Siswa bisa berkembang dengan pesat dan masih ada hingga saat ini.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Taman Siswa?
2.      Siapa tokoh pendiri Taman Siswa?
3.      Bagaimana konsep pendidikan Taman Siswa?
4.      Bagaimana kurikulum pembelajaran Taman Siswa?

C.  Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Taman Siswa.
2.      Untuk mengetahui tokoh pendiri Taman Siswa.
3.      Untuk mengetahui konsep pendidikan Taman Siswa.
4.      Untuk mengetahui kurikulum pembelajaran Taman Siswa.










BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Berdirinya
Berdirinya Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 organisasi Taman Siswa didirikan karena ketidakpuasan terhadap system pendidikan yang ada dimasa itu. Waktu itu pemerintahan belanda masih menguasai Indonesia dan system pendidikannya. Pemerintahan belanda tidak membebaskan semua rakyat Indonesia untuk bersekolah. Hanya anak bangsawan dan kalangan raja saja yang boleh bersekolah. Padahal, semua rakyat Indonesia sangat membutuhkan pendidikan agar bisa segera merdeka dan bebas dari penjajahan.
Taman Siswa didirikan untuk mengenalkan pendidikan kepada masyarakat Indonesia agar menjadi bangsa yang merdeka. Perguruan Taman Siswa berkembang hingga terbentuk taman Indriiya sebagai sekolah untuk taman kanak-kanak dan perguruan tinggi Sarjanawiyata Taman Siswa.
Pendiri Organisasi Taman Siswa adalah R.M Soewani Soeryaningrat atau yang kita sebut dengan Ki Hajar Dewantora, beliau adalah tokoh bangsawan yang pada waktu itu menjadi pencetus organisasi pendidikan pertama di Indonesia. Ki Hajar Dewantara yang dulunya pernah menjadi wartawan dan aktif didunia politik dikenal sebagai sosok bangsawan yang memiliki pemikiran jauh kedepan beliau aktif sebagai penulis yang memiliki kebudayaan tinggi dan sangat termotivasi untuk bersekolah dibelanda. Pada tahun 1919 setelah pulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara bersama dengan teman-temannya mengadakan pertemuan dihalaman rumahnya, halaman rumah itu kini menjadi pendopo Taman Siswa di Yogyakarta. Pertemuan dirumah Ki Hajar Dewantara terjadi secara rtin dari pertemuan itu dihasilkan beberapa pemikiran mengenai pendidikan, saat itu Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai pemimpin bagia pendidikan anak-anak dan remaja, dan temannya Ki Ageng Suryomentram ditunjuk sebagai pimpinan bagian pendidikan untuk usia dewasa. Lalu tanggal 3 juli 1922, Ki Hajar Dewantara, Pronowidigdo, dan teman-temannya yang lain mengumumkan berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa yang berada di Yogyakarta.

B.     Tokoh Pendiri
Nama pendiri : Ki Hajar Dewantara
Nama asli : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 28 april 1959
Pendidikan :
* Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
* STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
* Europeesche Akte, Belanda
* Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
Karir : 
* Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,   Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara
* Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922
* Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Organisasi :
* Boedi Oetomo 1908
* Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912





C.    Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan Taman Siswa berasal dari berbagai sumber ide yang di nilai bermanfaat dan layak untuk dimasukkan sebagai acuan sistem pendidikan yang dicita-citakan. Dalam makna lain Taman Siswa terbuka dari pengaruh luar, yang bersifat tidak merugikan dan tidak pula mengorbankan prinsip dasar dan tujuan yang hendak dicapai. Disisi lain, sifat non-koperasi yang melandasi dasar perjuangan Ki Hajar Dewantara bukan hanya berupa semboyan. Beliau dengan Taman Siswanya selalu menolak setiap bantuan yang mengikat, termasuk subsidi dari pemerintah. Sikap ini dicerminkannya sebagai suatu usaha untuk membentuk diri menjadi pribadi yang mampu berdiri sendiri, sebab segala bentuk pemberian, walaupun tanpa syarat sudah merupakan ikatan dan mengurangi kebebasan.
Taman Siswa tampaknya sudah mempersiapkan suatu konsep tentang pendidikan, sebagai suatu sistem yang digali dari kekayaan kebudayaan nasional. Asas-asas pokok yang berdasarkan Kemanusiaan, Kodrat alam, Kebangsaan, Kebudayaan dan Kemerdekaan. Mungkin masih ada hal-hal yang masih memberi kesan belum ada keserasian antara cita-cita “kembali kepada nasional” sebagaimana yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara dengan kecenderungan praktis yang diterapkan di Taman Siswa, pernah kecenderungan mengutamakan kebudayaan Jawa masih terlihat dengan nyata. Meskipun juga diakui pengaruh etnis kadang-kadang secara tidak disadari, sukar untuk dihindarkan secara menyeluruh sebab sudah mengakar sejak kecil dalam diri seseorang, sebagai bagian dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga. Padahal setiap individu yang mempelajari formula-formula yang diberikan oleh kebudayaan kelompoknya – biasanya oleh keluarga dan lingkungan atau etnis tertentu sebagian besar kelakuannya hampir bersifat otomatis dan tanpa di pikir, seolah-olah itu adalah instink. Seperti kata Ruth B “kebudayaan adalah pemikat manusia bersama-sama” dalam konteks ilmiah tampaknya Ki Hajar Dewantara menyusun sistem pendidikannya yang disebut dengan “kembali kepada yang nasional”
1.    Sistem Among
Sistem pendidikan Taman Siswa dikenal dengan sistem among. Among berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cinta, dengan memberi kebebasan anak asuh itu bergerak menurut kemauannya dalam pelaksanaan sistem among. Menempatkan guru sebagai fungsi orang tua. Guru sebagai tukang pamong dan sebagai pendidik, berfungsi sebagai tukang pamong (asuh). Karena itu tugas guru yang biasanya memberikan perintah paksaan dan hukuman kepada muridnya, tidak digunakan di taman siswa. Tugas guru sebagai pamong, adalah memberikan bimbingan dan membantu anak bertumbuh dan berkembang menurut kodrat bakatnya.
Pendidikan yang menggunakan sistem among yang ditetapkan Ki Hajar Dewantara, memberi kesan kuat bahwa sistem tersebut sudah disadari aspek-aspek psikologi. Bakat dan pembawaan anak didik dibiarkan berkembang dengan pengerahan dan bimbingan para pamong.
“Tut wuri handayani, hing ngarso sung tulodo dan hing madya mangun karsa”, yang menjadi semboyan Ki Hajar Dewantara menunjukkan bagaimana tingginya perhatian tokoh ini terhadap anak didik. Ki Hajar tampaknya menyadari bahwa anak didik telah dibekali potensi kodrati dan tugas guru (pamong) tak lebih dari memberi motif (hing madyo mangun karso), memberi teladan (hing ngarso sung tulodo), dengan memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan kodrat dan bakat yang ada pada nya (Tut wuri handayani).

2.    Teori Tri – Sentra
Tri sentra (tiga pusat) merupakan bagian dari sistem pendidikan Taman Siswa. Teori ini mengacu pada dasar pemikiran bahwa peguron (perguruan), merupakan miniatur tiga alam – asrama (keluarga). Balai wiyata (sekolah) dan tempat pergaulan pemuda putri rumah tangga, sekolah masyarakat, sebagai pusat pembentukan jiwa anak-anak. Pokok pikiran ini dijadikan pedoman penyusunan kelembagaan perguruan Taman Siswa, hingga dalam pelaksanaan pendidikan tercermin suasana dari ketiga alam yang mempengaruhi pendidikan anak-anak itu. Para guru dan murid-murid Taman Siswa menempati satu lembaga pendidikan yang terdiri dari sekolah dan asrama pamong dan siswa. Dalam suasana demikian, diharapkan pergaulan antara pamong dan siswa akan terjadi sebagai suatu pergaulan pendidikan yang akrab. Dengan kata lain peguron (perguruan) membentuk lingkungan pendidikan yang terpadu antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

3.    Kebudayaan Nasional
Ki Hajar Dewantara melihat sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah di Hindia Belanda (Indonesia) berbeda dengan di negara Belanda sendiri. Karena itu timbul gagasannya untuk membangun sistem pendidikan yang berwatak budaya Indonesia. Pengaruh pendidikan kolonial terdapat tamatan para sekolah Belanda itu sendiri, terutama tercermin dari segi bahasa. Pengaruh bahasa Belanda menurutnya cenderung memalingkan perhatian mereka para bahasa asalnya. Ki Hajar menciptakan sejumlah istilah dengan menggunakan kosakata bahasa Jawa Kuno untuk dipakai dilingkungan pendidikan Taman Siswa. Misalnya dalam jenjang pendidikan di Taman Siswa digunakan Taman Indria, Taman Madya, Taman Dewasa dan Taman Ilmu, sebagai pengganti sebutan untuk tingkat taman kanak-kanak, tingkat dasar, tingkat menengah pertama, tingkat menengah atas dan tingkat perguruan tinggi. Demikian pula untuk istilah-istilah yang berhubungan dengan pemikirannya, beliau agak lekat dengan bahasa Jawa.

Aspek lain dalam kebudayaan, tarian-tarian misalnya dan juga mengusahakan sendiri pakaian khusus Taman Siswa sebagian dari usaha mengimbangi kecenderungan keluarganya berbusana barat.

Hasil pemikiran yang melandasi among siswa, walaupun belum dapat disebutkan sebagai suatu filsafat pendidikan, dan mengundang anggapan yang memberi tanggapan positif ataupun penilaian negatif, namun secara umum dapat dikatakan pembaharuan pendidikan di Indonesia. Bahkan, sebagai suatu sistem pendidikan, Taman Siswa disaat itu boleh dikatakan sudah memiliki program dan perencanaan pendidikan yang lengkap dan terpadu.

D.    Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan adalah seperangkat rencana, pengaturan, dan cara yang digunakan dalam kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan berisi tujuan, bahan, metode, alat, dan evaluasi kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan, agar kegiatan pendidikan dapat mencapai suatu tujuan. Kurikulum pendidikan di Tamansiswa terdiri dari kurikulum nasional dan Ketamansiswaan.
   Kurikulum nasional di buat oleh Departemen Pendidikan Naisonal berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Sedang Ketamansiswaan adalah segala sesuatu mengenai Tamansiswa. Melalui kurikulum nasional ditambah Ketamansiswaan itu dimaksudkan bahwa dalam membangun manusia Indonesia, Tamansiswa menggunakan perencanaan dan pengaturan nasional, sedang cara-caranya digunakan cara cara Tamansiswa.
Ada beberapa cara pendidikan di Taman Siswa :
1.    Pendidikan Sebagai Usaha Kebudayaan artinya pendidikan merupakan usaha meningkatkan penguasaan IPEK, IMTAQ, etika, estetika/seni, dan keterampilan berkarya.
2.    Pendidikan bersifat menyeluruh yaitu membimbing tumbuh dan kembangnya jiwa dan raga, lahir dan batin.
3.    Pendidikan bersifat indah (seperti Taman), luhur, dan membawa kemajuan hidup.
4.    Pendidikan dilaksanakan dengan mempertajam daya cipta (koqnisi), daya rasa (afeksi), dan daya karsa (psikomotor) secara seimbang.
5.    Pendidikan menggunakan sistem Tripusat, yang penyelenggaraannya dengan mengharmoniskan tiga lingkungan pendidikan (keluarga sekolah/perguruan – masyarakat (pemerintah dan swasta)
6.    Pendidikan menggunakan sistem Tutwuri Handayani yaitu dengan me­merdekakan peserta didik untuk berkreativitas sesuai dengan kodratnya, melalui keteladanan dan pembangkitan semangat berkemauan.
7.    Pendidikan dilakukan dengan pendekatan teori ajar dan dasar artinya apa yang diajarkan diupayakan sesuai dengan dasar/bakat peserta didik.

Melalui cara-cara yang demikian diharapkan rencana pendidikan untuk membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang cerdas, terampil, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani dan mampu hidup mandiri serta hidup sejahtera bahagia bersama bangsa dan negara, dan umat manusia sedunia akan lebih cepat terwujud.

Isi Kurikulum Taman Siswa   
1.    Isi Kurikulum atau rencana pelajaran bersifat kultural nasional. Tiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian peradaban bangsa yang perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan konvensi yang dapat menghambat kemajuan bangsa.
2.    Segala pelajaran harus mampu membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
3.    Di samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan kesusilaan serta pendidikan kebudayaan.
4.    Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan. Bahasa daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerah masing-masing. Bahasa asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah perhubungan dengan luar negeri.

























BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli 1992. Taman siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yang mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin nya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan. Berbicara Taman Siswa tidak lepas dari pendirinya yaitu Raden Mas Soewardi Soeryoningrat atau yang biasa dikenal Ki Hajar Dewantara beliau mendirikan Taman Siswa bertujuan untuk pendidikan pemuda Indonesia dan juga sebagai alat perjuangan bagi rakyat Indonesia.

B.  Saran
Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai calon guru mempelajarai Ilmu Pendidikan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan lembaga yang akan kita naungi kelak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan yang terdapat didalamnya, baik dari segi kriteria penulisan maupun penjabarannya. Maka dari itu kami membutuhkan kritikan konstruktif sehingga dalam penyusunan berikutnya bisa lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan M. dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003
https://tamansiswajkt.wordpress.com/2013/05/26/kurikulum-pendidikan/ (diakses pada ahad, 13 Oktober 2019 pukul 01.06)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar