MAKALAH
‘’TAMAN
SISWA’’

Mata
Kuliah: Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu:
Sofian
Efendi, S.Ag., M.Pd
Disusun
oleh kelompok 1:
1.
EKA NUR SAIPUTRIYAH (Npm: 180511520)
2.
SRI NOVITA SARI (Npm: 180511568)
3.
SITI QORI’AH (Npm: 180511521)
4.
INDAH (Npm:
180511538)
5.
HANISHA RAHMADANI M (Npm: 180511503)
6.
MUHAMMAD NUR RIZKI (Npm: 180511537)
7.
BAMBANG ARDIANSYAH (Npm: 180511554)
PROGRAM
STUDI AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
KUTAI KARTANEGARA
TENGGARONG
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta
taufik dan Hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan Makalah kami
ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih
kepada Bapak Sofian Efendi, S.Ag., M.Pd selaku
dosen yang telah
membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami
sangat berharap Makalah ini dapat
berguna bagi kami dalam rangka
menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai konsep – konsep Dasar
Pendidikan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam
makalah ini terdapat
kekurangan yang jauh
dari kata sempurna.
Oleh sebab itu,
kami berharap adanya
kritik, saran, dan
usulan demi memperbaiki makalah yang
telah kami buat ini.
Semoga makalah
sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan
kami memohon kritik
dan saran yang
membangun demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Tenggarong,
13 Oktober 2019
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................
ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A.
Latar Belakang...............................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah..........................................................................................
2
C.
Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN.........................................................................................
3
A.
Sejarah Berdirinya..........................................................................................
3
B.
Tokoh Pendiri ................................................................................................ 4
C.
Konsep Pendidikan........................................................................................
5
D.
Kurikulum Pendidikan...................................................................................
8
BAB
III PENUTUP.................................................................................................
11
A.
Kesimpulan....................................................................................................
11
B.
Saran...............................................................................................................
11
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Ki Hadjar Dewantara,
pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia seharusnya beralaskan
garis hidup dari bangsa Indonesia sendiri dan ditujukan untuk keperluan
perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya. Pendidikan saat
ini seperti kembali pada masa politik etis, ketika sekolah-sekolah untuk
masyarakat pribumi banyak didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pendidikan saat itu hanya mengedepankan ilmu pengetahuan semata dan penanaman
budaya barat melalui bahasa dan gaya hidup namun sangat kering akan
pembelajaran budi pekerti, agama, budaya dan nasionalisme ini yang kemudian
sangat dirisaukan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Pada tanggal 3 Juli 1922 lahirlah
Taman Siswa yang meneruskan citacita dari perhimpunan Selasa Kliwon
yang kemudian menyebabkan perhimpunan ini melebur menjadi satu di bawah naungan
Taman Siswa. Penyelenggaraan pendidikan Taman Siswa berbeda dengan
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda atau
sekolah-sekolah swasta yang ada pada saat itu, disebutkan dalam Peraturan Besar
Persatuan Taman Siswa bahwa Taman Siswa berbentuk perguruan, wiyata griya, dan
pondok asrama sebagai salah satu sistem pendidikannya.
Lahirnya Taman Siswa juga dinyatakan
Ki Hadjar Dewantara sebagai jalan kembalinya pendidikan bangsa Indonesia yang
bercorak nasional. Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa konsep seperti ini
merupakan pola pendidikan asli Indonesia dan cocok diterapkan pada Taman Siswa.
Hal ini berbeda sekali dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan
kolonial Belanda yang berbentuk kelas.
Perbedaan dalam hal pola pendidikan
ini ditanggapi sinis oleh pemerintah kolonial Belanda dengan menyatakan bahwa
Taman Siswa menurunkan mutu pengajaran dan membawa kita kembali sepuluh tahun
ke belakang. Mendengar tentang pernyataan dari pemerintah kolonial Belanda ini,
Ki Hadjar Dewantara hanya mengatakan “Memang, kita harus kembali beberapa puluh
tahun, kita amat mengingini untuk menemukan titik tolak, agar kita dapat
berorientasi kembali, kita telah salah jalan”. Walau mendapat tekanan dan
pertentangan, pada akhirnya Taman Siswa bisa berkembang dengan pesat dan masih
ada hingga saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah berdirinya Taman Siswa?
2. Siapa
tokoh pendiri Taman Siswa?
3. Bagaimana
konsep pendidikan Taman Siswa?
4. Bagaimana
kurikulum pembelajaran Taman Siswa?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Taman Siswa.
2. Untuk
mengetahui tokoh pendiri Taman Siswa.
3. Untuk
mengetahui konsep pendidikan Taman Siswa.
4. Untuk
mengetahui kurikulum pembelajaran Taman Siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Berdirinya
Berdirinya Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922
organisasi Taman Siswa didirikan karena ketidakpuasan terhadap system
pendidikan yang ada dimasa itu. Waktu itu pemerintahan belanda masih menguasai
Indonesia dan system pendidikannya. Pemerintahan belanda tidak membebaskan
semua rakyat Indonesia untuk bersekolah. Hanya anak bangsawan dan kalangan raja
saja yang boleh bersekolah. Padahal, semua rakyat Indonesia sangat membutuhkan
pendidikan agar bisa segera merdeka dan bebas dari penjajahan.
Taman Siswa didirikan untuk mengenalkan pendidikan
kepada masyarakat Indonesia agar menjadi bangsa yang merdeka. Perguruan Taman
Siswa berkembang hingga terbentuk taman Indriiya sebagai sekolah untuk taman
kanak-kanak dan perguruan tinggi Sarjanawiyata Taman Siswa.
Pendiri Organisasi Taman Siswa adalah R.M Soewani
Soeryaningrat atau yang kita sebut dengan Ki Hajar Dewantora, beliau adalah
tokoh bangsawan yang pada waktu itu menjadi pencetus organisasi pendidikan
pertama di Indonesia. Ki Hajar Dewantara yang dulunya pernah menjadi wartawan
dan aktif didunia politik dikenal sebagai sosok bangsawan yang memiliki
pemikiran jauh kedepan beliau aktif sebagai penulis yang memiliki kebudayaan
tinggi dan sangat termotivasi untuk bersekolah dibelanda. Pada tahun 1919
setelah pulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara bersama dengan teman-temannya
mengadakan pertemuan dihalaman rumahnya, halaman rumah itu kini menjadi pendopo
Taman Siswa di Yogyakarta. Pertemuan dirumah Ki Hajar Dewantara terjadi secara
rtin dari pertemuan itu dihasilkan beberapa pemikiran mengenai pendidikan, saat
itu Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai pemimpin bagia pendidikan anak-anak dan
remaja, dan temannya Ki Ageng Suryomentram ditunjuk sebagai pimpinan bagian
pendidikan untuk usia dewasa. Lalu tanggal 3 juli 1922, Ki Hajar Dewantara,
Pronowidigdo, dan teman-temannya yang lain mengumumkan berdirinya Perguruan
Nasional Taman Siswa yang berada di Yogyakarta.
B.
Tokoh
Pendiri
Nama
pendiri : Ki Hajar Dewantara
Nama
asli : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir
: Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat
: Yogyakarta, 28 april 1959
Pendidikan
:
* Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
* STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
* Europeesche Akte, Belanda
* Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
* STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
* Europeesche Akte, Belanda
* Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
Karir :
* Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan
Poesara
* Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922
* Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
* Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922
* Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Organisasi :
* Boedi Oetomo 1908
* Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912
* Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912
C.
Konsep
Pendidikan
Konsep pendidikan Taman Siswa berasal dari berbagai
sumber ide yang di nilai bermanfaat dan layak untuk dimasukkan sebagai acuan
sistem pendidikan yang dicita-citakan. Dalam makna lain Taman Siswa terbuka
dari pengaruh luar, yang bersifat tidak merugikan dan tidak pula mengorbankan
prinsip dasar dan tujuan yang hendak dicapai. Disisi lain, sifat non-koperasi
yang melandasi dasar perjuangan Ki Hajar Dewantara bukan hanya berupa semboyan.
Beliau dengan Taman Siswanya selalu menolak setiap bantuan yang mengikat,
termasuk subsidi dari pemerintah. Sikap ini dicerminkannya sebagai suatu usaha
untuk membentuk diri menjadi pribadi yang mampu berdiri sendiri, sebab segala
bentuk pemberian, walaupun tanpa syarat sudah merupakan ikatan dan mengurangi
kebebasan.
Taman Siswa tampaknya sudah mempersiapkan suatu
konsep tentang pendidikan, sebagai suatu sistem yang digali dari kekayaan
kebudayaan nasional. Asas-asas pokok yang berdasarkan Kemanusiaan, Kodrat alam,
Kebangsaan, Kebudayaan dan Kemerdekaan. Mungkin masih ada hal-hal yang masih
memberi kesan belum ada keserasian antara cita-cita “kembali kepada nasional”
sebagaimana yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara dengan kecenderungan praktis
yang diterapkan di Taman Siswa, pernah kecenderungan mengutamakan kebudayaan
Jawa masih terlihat dengan nyata. Meskipun juga diakui pengaruh etnis
kadang-kadang secara tidak disadari, sukar untuk dihindarkan secara menyeluruh
sebab sudah mengakar sejak kecil dalam diri seseorang, sebagai bagian dari
sosialisasi dalam lingkungan keluarga. Padahal setiap individu yang mempelajari
formula-formula yang diberikan oleh kebudayaan kelompoknya – biasanya oleh
keluarga dan lingkungan atau etnis tertentu sebagian besar kelakuannya hampir
bersifat otomatis dan tanpa di pikir, seolah-olah itu adalah instink. Seperti
kata Ruth B “kebudayaan adalah pemikat manusia bersama-sama” dalam konteks
ilmiah tampaknya Ki Hajar Dewantara menyusun sistem pendidikannya yang disebut
dengan “kembali kepada yang nasional”
1. Sistem
Among
Sistem
pendidikan Taman Siswa dikenal dengan sistem among. Among berarti asuhan dan
pemeliharaan dengan suka cinta, dengan memberi kebebasan anak asuh itu bergerak
menurut kemauannya dalam pelaksanaan sistem among. Menempatkan
guru sebagai fungsi orang tua. Guru sebagai tukang pamong dan sebagai pendidik,
berfungsi sebagai tukang pamong (asuh). Karena itu tugas guru yang biasanya
memberikan perintah paksaan dan hukuman kepada muridnya, tidak digunakan di
taman siswa. Tugas guru sebagai pamong, adalah memberikan bimbingan dan
membantu anak bertumbuh dan berkembang menurut kodrat bakatnya.
Pendidikan
yang menggunakan sistem among yang ditetapkan Ki Hajar Dewantara, memberi kesan
kuat bahwa sistem tersebut sudah disadari aspek-aspek psikologi. Bakat dan
pembawaan anak didik dibiarkan berkembang dengan pengerahan dan bimbingan para
pamong.
“Tut wuri handayani, hing ngarso
sung tulodo dan hing madya mangun karsa”, yang menjadi semboyan Ki Hajar
Dewantara menunjukkan bagaimana tingginya perhatian tokoh ini terhadap anak
didik. Ki Hajar tampaknya menyadari bahwa anak didik telah dibekali potensi
kodrati dan tugas guru (pamong) tak lebih dari memberi motif (hing madyo mangun
karso), memberi teladan (hing ngarso sung tulodo), dengan memberi kebebasan
kepada anak untuk mengembangkan kodrat dan bakat yang ada pada nya (Tut wuri
handayani).
2. Teori
Tri – Sentra
Tri
sentra (tiga pusat) merupakan bagian dari sistem pendidikan Taman Siswa. Teori
ini mengacu pada dasar pemikiran bahwa peguron (perguruan), merupakan miniatur
tiga alam – asrama (keluarga). Balai wiyata (sekolah) dan tempat pergaulan
pemuda putri rumah tangga, sekolah masyarakat, sebagai pusat pembentukan jiwa
anak-anak. Pokok pikiran ini dijadikan pedoman penyusunan kelembagaan perguruan
Taman Siswa, hingga dalam pelaksanaan pendidikan tercermin suasana dari ketiga
alam yang mempengaruhi pendidikan anak-anak itu. Para guru dan murid-murid
Taman Siswa menempati satu lembaga pendidikan yang terdiri dari sekolah dan
asrama pamong dan siswa. Dalam suasana demikian, diharapkan pergaulan antara
pamong dan siswa akan terjadi sebagai suatu pergaulan pendidikan yang akrab.
Dengan kata lain peguron (perguruan) membentuk lingkungan pendidikan yang
terpadu antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Kebudayaan
Nasional
Ki
Hajar Dewantara melihat sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah di Hindia
Belanda (Indonesia) berbeda dengan di negara Belanda sendiri. Karena itu timbul
gagasannya untuk membangun sistem pendidikan yang berwatak budaya Indonesia.
Pengaruh pendidikan kolonial terdapat tamatan para sekolah Belanda itu sendiri,
terutama tercermin dari segi bahasa. Pengaruh bahasa Belanda menurutnya
cenderung memalingkan perhatian mereka para bahasa asalnya. Ki Hajar
menciptakan sejumlah istilah dengan menggunakan kosakata bahasa Jawa Kuno untuk
dipakai dilingkungan pendidikan Taman Siswa. Misalnya dalam jenjang pendidikan
di Taman Siswa digunakan Taman Indria, Taman Madya, Taman Dewasa dan Taman
Ilmu, sebagai pengganti sebutan untuk tingkat taman kanak-kanak, tingkat dasar,
tingkat menengah pertama, tingkat menengah atas dan tingkat perguruan tinggi.
Demikian pula untuk istilah-istilah yang berhubungan dengan pemikirannya,
beliau agak lekat dengan bahasa Jawa.
Aspek
lain dalam kebudayaan, tarian-tarian misalnya dan juga mengusahakan sendiri
pakaian khusus Taman Siswa sebagian dari usaha mengimbangi kecenderungan
keluarganya berbusana barat.
Hasil pemikiran
yang melandasi among siswa, walaupun belum dapat disebutkan sebagai suatu
filsafat pendidikan, dan mengundang anggapan yang memberi tanggapan positif
ataupun penilaian negatif, namun secara umum dapat dikatakan pembaharuan
pendidikan di Indonesia. Bahkan, sebagai suatu sistem pendidikan, Taman Siswa
disaat itu boleh dikatakan sudah memiliki program dan perencanaan pendidikan
yang lengkap dan terpadu.
D.
Kurikulum
Pendidikan
Kurikulum pendidikan adalah seperangkat rencana, pengaturan, dan cara yang digunakan
dalam kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan berisi tujuan, bahan, metode, alat, dan evaluasi
kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan,
agar kegiatan pendidikan dapat mencapai suatu tujuan. Kurikulum pendidikan di
Tamansiswa terdiri dari kurikulum nasional dan Ketamansiswaan.
Kurikulum nasional di buat oleh Departemen Pendidikan Naisonal berdasarkan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Sedang Ketamansiswaan adalah segala
sesuatu mengenai Tamansiswa. Melalui kurikulum nasional ditambah
Ketamansiswaan itu dimaksudkan bahwa dalam membangun manusia Indonesia,
Tamansiswa menggunakan perencanaan dan pengaturan nasional, sedang cara-caranya
digunakan cara cara Tamansiswa.
Ada beberapa cara pendidikan di Taman Siswa :
1. Pendidikan
Sebagai Usaha Kebudayaan
artinya pendidikan merupakan usaha meningkatkan penguasaan IPEK, IMTAQ, etika,
estetika/seni, dan keterampilan berkarya.
2. Pendidikan
bersifat menyeluruh
yaitu membimbing tumbuh dan kembangnya jiwa dan raga, lahir dan batin.
3. Pendidikan bersifat indah (seperti
Taman), luhur, dan membawa kemajuan hidup.
4. Pendidikan
dilaksanakan dengan mempertajam daya cipta (koqnisi), daya rasa (afeksi), dan
daya karsa (psikomotor) secara seimbang.
5. Pendidikan menggunakan sistem Tripusat, yang penyelenggaraannya dengan mengharmoniskan
tiga lingkungan pendidikan (keluarga sekolah/perguruan – masyarakat (pemerintah
dan swasta)
6. Pendidikan
menggunakan sistem Tutwuri Handayani yaitu dengan memerdekakan
peserta didik untuk berkreativitas sesuai dengan kodratnya, melalui keteladanan
dan pembangkitan semangat berkemauan.
7. Pendidikan
dilakukan dengan pendekatan teori ajar dan dasar artinya apa yang
diajarkan diupayakan sesuai dengan dasar/bakat peserta didik.
Melalui cara-cara yang demikian
diharapkan rencana pendidikan untuk membangun manusia Indonesia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang cerdas, terampil, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani dan mampu hidup mandiri serta hidup sejahtera
bahagia bersama bangsa dan negara, dan umat manusia sedunia akan lebih cepat
terwujud.
Isi Kurikulum Taman Siswa
1. Isi
Kurikulum atau rencana pelajaran bersifat kultural nasional. Tiap mata
pelajaran diberikan sebagai bagian peradaban bangsa yang perlu disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan
konvensi yang dapat menghambat kemajuan bangsa.
2. Segala
pelajaran harus mampu membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
3. Di
samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan
kesusilaan serta pendidikan kebudayaan.
4. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan. Bahasa
daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerah masing-masing. Bahasa
asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah perhubungan
dengan luar negeri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taman
Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli 1992. Taman siswa adalah badan perjuangan
kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti
luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa pendidikan bukanlah tujuan
tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yang mewujudkan manusia
Indonesia yang merdeka lahir dan batin nya. Merdeka lahiriah artinya tidak
dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya sedangkan merdeka secara
batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan. Berbicara Taman Siswa tidak lepas
dari pendirinya yaitu Raden Mas Soewardi Soeryoningrat atau yang biasa dikenal
Ki Hajar Dewantara beliau mendirikan Taman Siswa bertujuan untuk pendidikan
pemuda Indonesia dan juga sebagai alat perjuangan bagi rakyat Indonesia.
B. Saran
Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai calon guru
mempelajarai Ilmu Pendidikan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri khususnya
dan lembaga yang akan kita naungi kelak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan yang terdapat didalamnya, baik dari segi
kriteria penulisan maupun penjabarannya. Maka dari itu kami membutuhkan
kritikan konstruktif sehingga dalam penyusunan berikutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Hasan M. dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2003
https://tamansiswajkt.wordpress.com/2013/05/26/kurikulum-pendidikan/ (diakses
pada ahad, 13 Oktober 2019 pukul 01.06)
http://megainzpirasi.blogspot.com/2010/04/sistem-pendidikan-gagasan-ki-hajar.html (Diakses pada ahad, 13 Oktober 2019
pukul 01.11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar