“
KONSEP DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR “
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi pendidikan.
Dosen pengampu : Budi
Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.I
Disusun
oleh :
KELOMPOK
5
ADAWIYAH
CAHYA RAMADANI S. (180511554)
BAMBANG
ARDIANSYAH (180511554)
FERLYADI (180511545)
NUR
SELLA ENGGAR DHINI (180511554)
UNIVERSITAS KUTAI
KARTANEGARA
FAKULTAS AGAM ISLAM
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TENGGARONG
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh..
Dengan nama
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji hanya milik Allah
SWT. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan keharibaan junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang berjudul “KONSEP
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR”.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
baik dukungan, motivasi yang sangat besar nilainya. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak Budi Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna meskipun disertai dengan usaha dan upaya semaksimal mungkin. Oleh
karena itu saya mengharapkan saran yang konstruktif dan diterima dengan hati
yang lapang.
Dan akhirnya
kepada Allah SWT jualah segala usaha saya dan semoga makalah yang sederhana ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..
Wassalamu’alaikum Warahmatullah
Wabarakatuh...
Penyusun,
Kelompok 5
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
A.
Latar Belakang..................................................................................... 3
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 3
C.
Tujuan
Penelitian.................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A.
Pengertian diagnosis
dan kesulitan belajar .......................................... 5
B.
Faktor penyebab kesulitan
belajar........................................................ 6
C.
Diagnosis kesulitan
belajar................................................................... 13
D.
Usaha mengatasi
kesulitan belajar........................................................ 16
BAB III PENUTUP....................................................................................... 21
A.
Kesimpulan........................................................................................... 21
B.
Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh
para siswa di sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan
perhatian yang serius dikalangan para pendidik, Karena kesulitan belajar yang
mereka alami akan membawa dampak negatif baik terhadap diri mereka sendiri,
maupun terhadap orang lain dan lingkungannya. Seperti timbulnya kecemasan,
frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah
karena malu telah tinggal kelas beberapa kali.
Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang
mungkin timbul karena kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, maka
para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang
mungkin dialami oleh para peserta didiknya. Untuk itu dalam makalah ini, kami
mencoba menjelaskan latar belakang kesulitan belajar, karakteristik peserta
didik dalam belajar, faktor penyebab kesulitan belajar.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, kita dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
- Apa pengertian dari diagnosis ?
- Apa pengertian dari kesulitan belajar ?
- Bagaimana mendiagnosis kesulitan belajar ?
- Apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar ?
C.
Tujuan Penulisan
Dari
rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ialah :
1.
Mengetahui pengertian diagnosis.
2.
Mengetahui pengertian kesulitan belajar.
3.
Mengetahui diagnosis kesulitan belajar.
4.
Mengetahui apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kesulitan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian diagnosis dan kesulitan belajar
1. pengertian
diagnosis
Diagnosis,
merupakan istilah teknis yang kita adopsi dari bidang medis.Menurut Thorndike
dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai:
1. Upaya
atau proses menemukan kelemahan ataupenyakit (weakness, disease) apa yang
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenaigejala-gejalanya
(symptons)
2. Studi
yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukankarakteristik atau
kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial
3. Keputusan
yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta tentang suatu hal.Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat kita
maklumi bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula
konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnostik bukan hanya
sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya,serta latar belakang dari
suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan jugamengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.
Dari ketiga pengertian
tersebut diatas,dapat kita maklumi bahwa dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep pronogsisnya. Dengan
demikian,didalam pekerjaan diagnostic bukan hanya sekedar mengidentifikasi
jenis dengan karakteristiknya, serta latar belakakang dari suatu kelemahan atau
penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan
menyerahkan tindakan pemecahanya.
2. Pengertian
kesulitan belajar
Pada
umumnya, “kesulitan belajar” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan,
sehinggamemerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno,
dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke
Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran Depdikbud (1995/1996:1-2)
menjelaskan bahwa Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam
prosesbelajarmengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untukmencapai hasilbelajar yang optimal.
B.
Faktor penyebab kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini.
1. Faktor
intern (Faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a. Faktor
fisiologi.
b. Faktor
psikologi.
2. Faktor
ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi:
a. Faktor-faktor
non-sosial.
b. Faktor-faktor
sosial.
1.
Faktor
Intern
a.
Sebab
yang bersifat fisik
1)
Karena
sakit
Seseorang
yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan
motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melaluin indranya tidak
dapat diteruskan ke otak.
2)
Karena
kurang sehat
Anak
yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek,
mengantuk, pusing, daya konsetrasinya hilang, kurang semangat, dan pikiran
terganggu karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal melalui
inderanya.
3)
Sebab
karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan
atas:
a) Cacat
tubuh ringan seprti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan
psikomotor.
b) Cacat
tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan
kakinya.
Bagi golongan yang
serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB, bisu, tuli, TPAC-SROCK.
Sedangkan golongan ringan, masih banyak mengikuti pendidikan umum, asal guru
memperhatikan dan menempuh placement yang tepat.
b.
Sebab-sebab
kesulitan belajar karena rohani
Belajar memerlukan
kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak
maka belajar sulit dapat masuk.
Apabila dirinci faktor
rohani itu meliputi antara lain berikut ini.
1)
Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi
dapat menyelesaikan segala perosalan yang dihadapi. IQ 90-110 dapat digolongkan
anak normal, IQ 110-140 dapat digolongkan anak cerdas, IQ 140 ke atas tergolong
genius. Sedangkan IQ dibawah 90 tergolong lemah mental (mentally deffevtive). Mereka di golongkan atas debil, embisil,
ediot.
·
Debil, walaupun umurnya
telah 25 tahun, kecerdasan mereka setingkat dengan anak normal umur 12 tahun.
·
Embisil, hanya mencapai
tingkat anak normal 7 tahun.
·
Ediot, kecakapannya
menyamai anak normal umur 3 tahun.
2)
Bakat
Bakat adalah
potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki bakat
yang berdebda-beda. Oleh sebab itu, seseorang akan mudah mempelajari apa yang
sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang anak harus mempelajari bahan lain
dari bakatnya maka akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
3)
Minat
Tidak adanya minat
seorang anak terhadap suatu pelajaran maka akan timbul kesulitan belajar.
Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan,
kecakapan dan tipe khusus anak sehingga menimbulkan problema bagi mereka.
4)
Motivasi
Motivasi sebagai faktor
inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin
besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
5)
Faktor
kesehatan mental
Hubungan kesehatan
mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan
emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang
selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.
6)
Tipe-tipe
khusus seseorang pelajar
Kita mengenal tipe-tipe
belajar seorang anak. Ada tipe visual, motoris, dan campuran.
·
Seseorang bertipe
visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis,
bagan, grafik, dan gambar.
·
Anak yang bertipe
auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah),
radio/casette.
·
Individu yang bersifat
motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan.
2.
Faktor
Orang Tua
a.
Faktor
Keluarga
Keluarga merupakan
pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat jga sebagai faktor
penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai
berikut.
1)
Faktor
Orang Tua
a)
Cara
Mendidik Anak
Orang
tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, seperti acuh tak
acuh terhadap kemajuan belajar anak-anaknya. Orang tua yang bersifat kejam,
otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Orang tua yang
lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya berusaha, bersusah payah,
menderita, dan bekerja keras.
b)
Hubungan
Orang Tua dan Anak
Yang dimaksud hubungan
adalah kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak
acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan
emosional insecurity.
c)
Contoh/Bimbingan
dari Orang Tua
Orang tua merupakan
contoh terdekat dari anak-anaknya. Oleh karena itu, belajar memerlukan
bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh
pada diri anak.
2)
Suasana
Rumah/Keluarga
Suasana keluarga yang
sangat ramai/gaduh akan sangat mengganggu konsetrasi anak.
Demikian juga suasana
rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara keluarga, selalu
ditimpa kesedihan, akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak
tidak sehat mentalnya.
3)
Keadaan
Ekonomi Keluarga
a)
Ekonomi
yang Kurang/Miskin
Keadaan ini akan
menimbulkan:
·
Kurangnya alat-alat
belajar.
·
Kurangnya biaya yang
disediakan oleh orang tua.
·
Tidak mempunyai tempat
belajar yang baik.
b)
Ekonomi
yang Berlebihan (Kaya)
Keadaan ini sebaliknya
dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah yang
menyebabkan mereka akan menjadi segan untuk belajar karena ia terlalu banyak
bersenang-senang.
b.
Faktor
Sekolah
Yang dimaksud sekolah,
antara lain:
1)
Guru
Guru dapat menjadi
sebab ksulitan belajar, apabila
a)
Guru tidak kualified,
baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang
dipegangnya.
b)
Hubungan guru dengan
murid kurang baik.
c)
Guru-guru menuntut
standar pelajaran di atas kemampuan anak.
d) Guru
tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar.
e)
Metode pengajaran guru
yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
2)
Faktor
Alat
Alat pelajaran yang
kurang lengkap membuatpenyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran
yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan
kesulitan dalam belajar.
3)
Kondisi
Gedung
Terutama titunjukkan
pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak.
Ruangan harus memenuhi
syarat kesehatan seperti:
a) Ruangan
harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat
menerangi ruangan.
b) Dinding
harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
c) Lantai
tidak becek, licin atau kotor.
d) Keadaan
gedung yang jauh dari tempat keramaian sehingga anak mudah konsentrasi dalam
belajarnya.
4)
Kurikulum
Kurikulum yang kurang
baik, misalnya:
a) Bahan-bahannya
terlalu tinggi.
b) Pembagian
bahan tidak seimbang.
c) Adanya
pendataan materi.
5)
Waktu
Sekolah dan Disiplin Kurang
Apabila sekolah masuk
sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal
untuk menerima pelajaran dikarenakan waktu dalam kondisi fisik sudah minta
istirahat, oleh sebab itu waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari.
c.
Faktor
Mass Media dan Lingkungan Sosial
1) Faktor
mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik, dll
yang berada disekitar kita.
2) Lingkungan
Sosial
a) Teman
bergaul.
b) Lingkungan
tetangga.
c) Aktivitas
dalam masyarakat.
Beberapa
gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya:
1. Menunjukkan
prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2. Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar.
5. Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan.
Anak-anak
yang mengalami kesulitan belajar itu biasanya dikenal dengan sebutan prestasi
rendah/kurang (under achiever). Anak
ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di
bawah rata-rata kelas).
Secara
potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi
anak yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian. Timbulnya kesulitan dalam
belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar,
pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari
gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia
kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Di samping melihat gejala-gejala yang
tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
1. Observasi.
2. Interview.
3. Tes
diagnostik.
4. Dokumentasi.
C.
Diagnosis kesulitan belajar.
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang
untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang
lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan
belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang
diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang
merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.
Untuk dapat menetapkan gejala
kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka
diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan sehingga dengan kriteria ini
dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan
belajar. Terdapat empat ukuran yang dapat menentukan kegagalan atau kemajuan
belajar siswa sebagai berikut:
1.
Tujuan pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan,
tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting karena
akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan
atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa
yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa
yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan
tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka
yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses
belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional.
Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian
tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang
dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari
seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran
tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan,
seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai
standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim
disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan
ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami
kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara
menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.
2.
Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam
kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa
dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di
bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi
belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan
memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain
dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang
diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di
bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami
kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang
biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan
siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya dari yang paling tinggi hingga
yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking).
Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan
belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa
dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah
rata–rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.
3.
Perbandingan antara potensi dan
prestasi
Prestasi belajar yang dicapai
seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa
kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya
dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang
memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang
rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang
dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan
potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila
prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui
memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam
skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai
angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling
tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala
kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.
4.
Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh
seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar
akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang
berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang
dari seharusnya, seperti acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos,
menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan
sebagainya.
D. Usaha mengatasi kesulitan belajar.
Mengatasi kesulitan
belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar,
sebagaimana diuraikan diatas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dan
sumber-sumber penyebab adalah mutlak dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah
yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat
melalui enam tahap, yaitu :
1. Pengumpulan
data
2. Pengolahan
data
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Treatment/perlakuan
6. Evaluasi
Adapun
penjelasan dari 6 langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pengumpulan
data
Untuk
menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk
memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung
yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani Dan R. Isbani dalam
pengumpulan data dapat dipergunakan metode, diantaranya adalah :
a. Observasi
b. Kunjungan
rumah
c. Case
study
d. Case
history
e. Daftar
pribadi
f. Meneliti
pekerjaan anak
g. Tugas
kelompok
h. Melakukan
tes (Baik tes prestasi/achivement test)
Dalam
pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan secara
bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau tidak.
Semakin
masalahnya rumit, maka semakin banyak kemungkinan metode yang digunakan.
Sebaliknya, semakin masalahnya itu sederhana, mungkin dengan satu metode
observasi saja sudah dapat ditemukan faktor apa yang menyebabkan kesulitan
belajar anak.
2.
Pengolahan
data
Data
yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya
jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan
dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami
oleh anak.
Dalam
pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah :
a. Identifikasi
kasus
b. Membandingkan
antar kasus
c. Membandingkan
dengan hasil tes
d. Menarik
kesimpulan
3.
Diagnosis
Diagnosis
adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini
dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a. Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya)
b. Keputusan
mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar
c. Keputusan
mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
Dalam
rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya
:
a. Dokter,
untuk mengetahui kesehatan anak
b. Psikolog,
untuk mengetahui tingkat IQ anak
c. Psikiater,
untuk mengetahui kejiwaan anak.
d. Social
worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
e. Ortopedagogik,
untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.
f. Guru
kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama disekolah.
g. Orang
tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah dan sebagainya, tergantung
pada kebutuhan.
Dalam
prakteknya, tidak semua tenaga ahli tersebut selalu harus secara bersama-sama
digunakan dalam setiap proses diagnosis, melainkan tergantung kepada kebutuhan
dan juga kemampuan tentunya.
4.
Prognosis
Prognosis
artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan
menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa
yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Dalam
“prognosis” ini antara lain akan akan ditetapkan mengenai bentuk treatment (perlakuan) sebagai follow up dari diagnosis.
Dalam
hal ini dapat berupa :
-
Bentuk treatment yang
harus diberikan.
-
Bahan/materi yang
diperlukan.
-
Metode yang akan
digunakan.
-
Alat-alat bantu belajar
mengajar yang diperlukan.
-
Waktu (kapan kegiatan
itu dilaksanakan)
Pendek
kata, prognosis adalah merupakan aktifitas penyusunan rencana/program yang
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5.
Treatment
(Perlakuan)
Perlakuan
disini maksudnya adalah pemberian bantu kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada
tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah
:
-
Melalui bimbingan
belajar kelompok.
-
Melalui bimbingan
belajar individual.
-
Melalui pengajaran
remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.
-
Pemberian bimbingan
pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
-
Melalui bimbingan orang
tua, dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin ada.
Siapa
yang harus memberikan treatment, menurut kami tergantung pada bidang garapan
yang harus dilaksanakan. Kalau yang harus diatasi terlebih dahulu itu ternyata
penyembuhan penyakit kanker yang diderita oleh anak, maka sudah barang tentu
seorang dokterlah yang berwenang menanganinya.
Sebaliknya
pada kasus masalah kesulitan belajar, kalau bentuk treatmentnya adalah memberikan
pengajaran remedial dalam bidang studi matematika, maka guru matematikalah yang
lebih tepat untuk melaksanakan treatment tersebut.
6.
Evaluasi
Evaluasi
disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan
tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama
sekali.
Kalau
ternyata treatment yang diterapkan tidak berhasil maka perlu ada pengecekan
kembali ke belakang faktor-faktor apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan
treatment tersebut.
Mungkin
program yang disusun tidak tepat atau mungkin diagnosisnya yang keliru dan
sebagainya.
Alat
yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar (Achievement test).
Untuk
mengadakan pengecekan kembali atau hasil treatment yng kurang berhasil, maka secara
teoritis langkah-langkahnya yang perlu ditempuh, adalah sebagai berikut :
a. Re-ceking
data
b. Re-diagnosis
c. Re-prognisis
d. Re-treatment
e. Re-evaluasi
Begitu
seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak
yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesulitan
belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan
usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya.
Faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu
berikut ini.
1.
Faktor intern (Faktor
dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a. Faktor
fisiologi.
b. Faktor
psikologi.
2.
Faktor ekstern (faktor
dari luar manusia) meliputi:
a. Faktor-faktor
non-sosial.
b. Faktor-faktor
sosial.
Belajar pada dasarnya merupakan
proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk
perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar
seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh
perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Secara
garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi
kesulitan belajar, dapat melalui enam tahap, yaitu :
1.
Pengumpulan data
2.
Pengolahan data
3.
Diagnosis
4.
Prognosis
5.
Treatment/perlakuan
6.
Evaluasi
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua. Makalah ini di buat agar kita mengetahui apa itu kesulitan belajar,
faktor yang mempengaruhi serta upaya menanganinya.
Dan apabila dalam penulisan makalah ini
banyak terjadi kesalahan, kami mohon maaf karena kesempurnaan hanya milik Allah
Swt. kritik dan saran dari teman-teman sekalian sangat kami butuhkan guna
memotivasi kami untuk makalah yang lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Purwanto,
M Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
jurnal konsep dasar diagnostik kesulitan belajar
jurnal konsep dasar diagnostik kesulitan belajar
maantp terimakasijh
BalasHapus